Malang – Stroke tentu tidak asing lagi ditelinga masyarakat, khususnya di Indonesia. Pasalnya stroke menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kasusnyapun cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Riset Kemenkes tahun 2018 menunjukan 10,9 per 1.000 penduduk yang terserang stroke di Indonesia.
Stroke sendiri adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Hal ini menyebabkan otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Akibatnya bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Secara umum, faktor risiko stroke terdiri dari faktor kesehatan yang meliputi berbagai penyakit seperti hipertensi, kolesterol tinggi hingga diabetes. Selain itu juga ada faktor gaya hidup yang tidak sehat. Faktor lain adalah faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami stroke, berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
Stroke ditandai dengan munculnya berbagai gejala secara tiba-tiba. Lumpuh dan timbul kelemahan anggota gerak merupakan gejala stroke yang paling umum terjadi. Selain itu, ada pula gejala syang sering tidak disadari seperti sulit bicara dan lupa.
“Gejala stroke umumnya adalah kelemahan anggota gerak. Tapi, yang sering tidak disadari ternyata ada juga gejala stroke terkait dengan gangguan bahasa,” kata dokter spesialis saraf RSPON Asnelia Devicaesaria dikutip dari cnnIndonesia.com.
Ia menjelaskan, gejala stroke ini terjadi secara tiba-tiba. Gangguan yang dimaksud dapat berupa sulit mengucapkan kata-kata, salah atau terbalik mengucapkan kata-kata, mengucapkan kata tanpa makna, ataubahkan sulit memahami perkataan orang lain.
“Jadi ada ketidaksesuaian dengan bahasa. Tiba-tiba tidak bisa memproduksi bahasa atau tidak mengerti pembicaraannya, bisa juga dua-duanya,” ujar Asnelia.
Disadari atau tidak, stroke juga mengganggu memori atau ingatan. Gangguan memori ini dikenal juga dengan demensia vaskular atau sekumpulan gejala dengan kriteria gangguan memori dan gangguan kognitif yang terjadi karena gangguan pembuluh darah di otak.
“Demensia vaskular bisa akut atau pelan-pelan pada penderita stroke. Fungsi kognitif bisa berubah dengan lupa kejadian atau lupa sedang berada di mana, disertai gangguan perilaku. Kadang orang menganggapnya gangguan jiwa, padahal bukan,” kata dokter spesialis saraf Made Ayu Wedariani dikutip dari cnnIndonesia.com
Tersumbatnya pembulu darah di otak memengaruhi bagian otak terkait dengan memori dan kognitif.
Apabila menemui dua gejala tadi, sebaiknya segera mencari bantuan medis. Semakin sedikit kerusakan, maka peluang sembuh atau pulih semakin besar. (cnn/anw)