Tangerang – Masyarakat sudah tahu perilaku 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak hindari kerumunan dan mencuci tangan pakai sabun di air mengalir. Namun bagaimana pengetahuan dan mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan perilaku untuk selalu 3M, di masa pandemi Covid-19 ini, dalam kehidupan sehari-hari, masih menjadi pekerjaan rumah bersama.
Demikian dikatakan Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany dalam talkshow ‘Peluncuran Buku Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19’, di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta, akhir pekan kemarin.
Menurut Airin, kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan, harusnya menjadi kebutuhan. Bukan lagi kewajiban karena perintah undang-undang.
‘’Kalau sudah jadi kebutuhan, ada atau tidak ada polisi dan tentara, masyarakat tetap pakai masker. Bukan karena ada razia, masker baru pakai,’’ ujar Airin, yang menjadi orang pertama yang menerima buku yang diterbitkan Satgas Penanganan Covid-19 ini.
Airin juga menjelaskan, masyarakat sudah tahu 3M. Seperti apa menuju tatanan adaptasi kebiasaan baru. Tapi bagaimana menjalankan pengetahuan tentang protokol kesehatan, sebagai kebutuhan dan kebiasaan, ini yang perlu dilakukan.
‘’Ini PR (pekerjaan rumah) di lapangan, agar masyarakat bisa terbiasa. Semoga buku yang disusun ini, bisa memudahkan masyarakat dalam menerapkan kebiasaan baru ini,’’ ungkap Walikota, yang sore itu memakai kemeja putih lengan panjang dipadu dengan rompi kerja.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur, Dr. dr. Joni Wahyuhadi, Sp.BS mengatakan, pihaknya melakukan survei selama empat bulan di masa pandemi. Hasilnya pengetahuan masyarakat tentang Covid-19 cukup dan perilaku baik. Tapi dalam implementasinya, tidak selalu baik.
Perubahan perilaku terhadap ketaatan protokol kesehatan, kata dr. Joni melalui Zoom, tidak cukup hanya sebatas tahu dan mengerti. ‘’Maka protokol kesehatan ditegakkan dengan melibatkan polisi dan tentara untuk menggelar operasi yustisi,’’ kata dr. Joni dari Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya.
Deputi Bidang Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan mengatakan, buku ini ditunggu masyarakat. Sebagai acuan bersama dalam menerapkan perubahan perilaku di masa pandemi.
Lilik menjelaskan, mulai Maret sampai Oktober ini, banyak perubahan yang berbeda-beda, sehingga membingungkan masyarakat. Organisasi-organisasi masyarakat dan sejumlah lembaga, membuat buku acuan tersendiri. Pemahamannya agak berbeda. Akibatnya ketika sosialisasi, masyarakat menjadi bingung.
‘’Maka buku ini yang kita tunggu-tunggu. Sebagai acuan kita semua. Dari Sabang sampai Merauke. Termasuk kami di BNPB,’’ ujar Lilik melalui aplikasi zoom.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Dr. Sonny Hari B. Harmadi, selaku tim penyusun buku, menceritakan perbedaan persepsi, yang muncul saat membahas strategi penanganan bersama tim pakar.
Ia membayangkan, perbedaan yang sama pun bakal dialami masyarakat. Guna menghindari itu, Sonny melanjutkan, buku pedoman perubahan perilaku ini hadir untuk menyamakan persepsi.
‘’Makanya persepsi kita harus kita samakan. Terutama bagi para pengambil kebijakan. Kami berkesimpulan perlu menyusun buku pedoman Perilaku yang baku dan berlaku untuk semua,’’ ujar Dr. Sonny.
Dijelaskan secara singkat isi buku saku ini, berisi seputar perubahan perilaku. Apa dampaknya dan syaratnya. Penyusunan buku ini melibatkan para pakar dari berbagai bidang disiplin ilmu. Seperti pakar kesehatan, sosiolog, antropolog, hingga ahli bahasa. Termasuk keterlibatan ahli bahasa, agar pesan yang disampaikan mudah diterima masyarakat.
‘’Bagaimanapun juga, bahasa menjadi penting sebagai media komunikasi. Karena orang akan paham dengan menggunakan bahasa yang tepat,’’ jelas Dr. Sonny. (STPC19 – rdt)