MALANG POST – Universitas Brawijaya (UB) terus memperkuat peran strategisnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan riset berkelanjutan melalui inisiasi pengajuan UNESCO Chair on Integrated Ecohydrology and Water Security in Coastal Areas. Upaya tersebut ditandai dengan audiensi strategis bersama Komite Pelaksana Intergovernmental Hydrological Programme (IHP) Indonesia Focal Point for UNESCO di Gedung B.J. Habibie, Jakarta pada Jum`at (12/12/2025).
Audiensi ini menjadi langkah awal UB dalam memperoleh arahan sekaligus dukungan resmi terkait pengajuan UNESCO Chair yang berfokus pada penguatan riset, inovasi dan kebijakan keamanan air serta ekohidrologi di wilayah pesisir. Pengajuan tersebut diinisiasi oleh Pusat Studi Pesisir dan Kelautan (PSPK) UB sebagai salah satu pusat unggulan universitas dengan tim yang dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc. Dalam pertemuan tersebut, UB memaparkan kesiapan institusional serta rekam jejak pengembangan riset pesisir yang selama ini telah dilakukan secara berkelanjutan dan lintas disiplin.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB, Aulia Rahmawati, S.P., M.Sc., yang juga merupakan PIC dari pengajuan UNESCO Chair Universitas Brawijaya, menjelaskan bahwa pengajuan ini mendapat dukungan penuh dari universitas. Menurutnya, PSPK UB menjadi salah satu kekuatan utama UB dalam pengembangan keilmuan pesisir dan kelautan.
“UNESCO Chair yang sedang UB ajukan saat ini adalah UNESCO Chair on Integrated Ecohydrology and Water Security in Coastal Areas. Chair ini diajukan oleh Pusat Studi Pesisir dan Kelautan UB, yang selama ini menjadi kekuatan UB dalam bidang mitigasi bencana pesisir, inovasi akuakultur, dan ekologi laut,” ujar Aulia.

Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc (kiri) dan Direktur Eksekutif Komite Pelaksana IHP Indonesia, Prof. Dr. Ir. Edvin Aldrian, B.Eng., M.Sc. (Foto: Istimewa)
Ia menegaskan bahwa dukungan UB terhadap pengajuan tersebut tidak hanya bersifat administratif, tetapi diwujudkan secara nyata dalam penguatan ekosistem riset.
“UB mendukung penuh pengajuan Chair ini, tidak hanya di atas kertas, tetapi juga melalui pemenuhan sumber daya manusia, fasilitas penelitian, penguatan inovasi, pengabdian kepada masyarakat, hingga hilirisasi hasil riset,” tambahnya.
Audiensi ini disambut oleh Direktur Eksekutif Komite Pelaksana IHP Indonesia, Prof. Dr. Ir. Edvin Aldrian, B.Eng., M.Sc., serta Sekretaris Eksekutif Komite Pelaksana IHP Indonesia, Dr. Sepiani Putiamini, S.Si., M.Si. Keduanya mengapresiasi langkah UB dan menilai pengajuan UNESCO Chair tersebut sejalan dengan mandat dan prioritas strategis IHP.
Aulia menjelaskan bahwa IHP merupakan program antar pemerintah UNESCO di bidang air yang telah berjalan sejak tahun 1975 dan disusun dalam fase delapan tahunan. Dalam perkembangannya, IHP kini mengusung pendekatan transdisipliner yang mengintegrasikan sains alam, sosial, rekayasa, kebijakan, hingga partisipasi masyarakat.
“Pengajuan UNESCO Chair oleh UB sangat linear dengan prioritas IHP di bidang hidrologi. Secara lebih spesifik, UB fokus pada Coastal Hydrology, bidang yang hingga saat ini belum memiliki UNESCO Chair di tingkat global,” jelasnya.

Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc. Saat Mempresentasikan Penelitiannya. (Foto: Istimewa)
Menurutnya, apabila UB ditetapkan sebagai UNESCO Chair, akan berpotensi menjadi perguruan tinggi pertama di dunia yang secara khusus mengembangkan kajian Coastal Hydrology di bawah payung UNESCO.
“Peran UB nantinya tidak hanya menyelesaikan persoalan perairan lokal, tetapi juga dituntut untuk berkontribusi pada penyelesaian isu-isu global di wilayah pesisir. Salah satu inovasi yang diusung adalah pengembangan tambak garam berkelanjutan oleh PSPK UB,” kata Aulia.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa jika UB lolos sebagai UNESCO Chair, universitas akan menjalankan work plan selama empat tahun dan wajib menyampaikan laporan tahunan kepada UNESCO Headquarters di Paris. Rencana kerja tersebut telah disusun dengan fokus yang jelas dan terukur.
“Secara garis besar, work plan UB meliputi capacity building untuk meningkatkan ketahanan petambak garam dan masyarakat pesisir, knowledge sharing guna memperkuat peran Indonesia dalam forum IHP Regional Steering Committee Asia Pacific, serta policy impact melalui penyusunan science based policy brief untuk perencanaan pesisir nasional,” pungkasnya.
Melalui audiensi ini, UB menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan solusi berkelanjutan di bidang sumber daya air dan wilayah pesisir, sekaligus memperkuat posisi UB sebagai perguruan tinggi berdaya saing global. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




