MALANG POST – Program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim (Malang) Malang menindaklanjuti nota kesepahaman (MoU) antara UIN Maliki Malang dengan PBNU lewat pertemuan resmi bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), Senin (9/12/2025), di kantor PWNU Jatim, Jemursari, Surabaya.
Perjalanan rombongan Program Pascasarjana UIN Malang menuju kantor PWNU Jawa Timur berlangsung dalam suasana penuh optimisme. Tepat pukul 09.30 WIB, rombongan berangkat dari Kantor Pusat UIN Malang untuk melaksanakan agenda resmi menindaklanjuti MoU itu.
Rombongan dipimpin Prof. Dr. Abdul Hamid, Wakil Rektor IV, bersama Prof. Dr. Agus Maimun, Direktur Pascasarjana; Dr. Sutaman, Wakil Direktur II; dan Prof. Dr. M. Fauzan Zenrif, Ketua Program Studi S3 Studi Islam. Perjalanan berlangsung lancar dan rombongan tiba di kantor PWNU Jawa Timur pukul 11.08 WIB.
Setiba di kantor PWNU Jawa Timur di kawasan Jemursari, Surabaya, rombongan disambut dengan hangat oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) selaku Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur. Gus Kikin hadir bersama H. Muhammad Faqih, Sekretaris PWNU Jawa Timur, serta sejumlah pengurus inti, termasuk Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur dan Koordinator Bidang dalam struktur kepengurusan periode 2024–2029.
Kehadiran tiga pimpinan strategis itu memperlihatkan kesungguhan PWNU dalam membangun kemitraan jangka panjang dengan UIN Maliki Malang.
Dalam sambutannya, Gus Kikin menyampaikan apresiasi yang besar atas inisiatif UIN Maliki Malang yang terus melakukan langkah konkret menindaklanjuti MoU dengan PBNU. Menurut beliau, UIN Maliki memiliki keunggulan yang sangat relevan bagi kebutuhan pengembangan sumber daya manusia Nahdliyin, khususnya pengalaman pengelolaan Ma’had yang telah menjadi model integrasi antara pendidikan karakter pesantren dan tradisi akademik modern di lingkungan perguruan tinggi Islam. PWNU berharap keunggulan itu dapat menjadi referensi untuk memperkuat tata kelola pendidikan dan pesantren di bawah naungan NU.

Program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim (Malang) Malang menindaklanjuti nota kesepahaman (MoU) antara UIN Maliki Malang dengan PBNU lewat pertemuan resmi bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), Senin (9/12/2025), di kantor PWNU Jatim, Jemursari, Surabaya. (Foto: Istimewa)
Dalam sesi diskusi, PWNU menyampaikan beberapa harapan strategis. Salah satunya adalah peluang penyediaan beasiswa S1 bagi kader-kader muda NU yang akan diseleksi langsung oleh PWNU. Selain itu, kebutuhan akan kolaborasi riset antara UIN Maliki dan perguruan tinggi NU mendapat perhatian khusus. Terlebih, beberapa jurnal ilmiah di lingkungan UNU telah terindeks Scopus, sehingga kerja sama dalam publikasi ilmiah, penulisan artikel, dan pertukaran peneliti menjadi peluang besar untuk meningkatkan reputasi akademik dan kontribusi keilmuan NU.
Pada bidang pengabdian masyarakat, PWNU mengundang UIN Maliki untuk terlibat dalam Pokja Kehutanan Sosial, mengingat PWNU baru saja menerima SK pengelolaan sekitar 100 hektare kawasan hutan yang membutuhkan pendampingan ilmiah dari berbagai disiplin ilmu.
Selain itu, sinergi antara program kampus dan kebutuhan masyarakat akar rumput, terutama dalam penguatan ekonomi serta pengembangan sosial berbasis komunitas, menjadi salah satu fokus yang sangat ditekankan.
Dalam refleksi mendalamnya, Gus Kikin menegaskan bahwa selama beberapa dekade NU tertinggal dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya kualitas SDM. Padahal, minat masyarakat NU terhadap pendidikan kini semakin meningkat. Gus Kikin menekankan bahwa NU adalah organisasi keagamaan yang wajah Islamnya diterima secara luas—toleran, ramah, dan moderat. Karena itu, perpaduan antara keilmuan pesantren dan keilmuan modern sangat penting untuk membentuk pribadi yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan afektif.
Gus Kikin menegaskan sebuah nilai pesantren yang mendalam: bahwa “orang cerdas bukanlah yang luar biasa, tetapi orang yang qana‘ah yang luar biasa.”
PWNU juga menyoroti pentingnya penguatan tata kelola kelembagaan yang modern dan adaptif. Dalam konteks ini, UIN Maliki dipandang sebagai mitra strategis yang memiliki pengalaman kuat dalam pengembangan akademik dan manajerial.
Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) menjadi peluang besar bagi guru-guru di bawah LP Ma’arif—yang jumlah lembaganya mencapai 12.000—untuk meningkatkan kualifikasi akademik. Untuk jenjang S3, Gus Kikin dan para pengurus, termasuk Prof. Dr. H. Maskuri Bakri dan H. Muhammad Faqih, menegaskan pentingnya program afirmasi pendidikan bagi kader-kader LPTNU dan LPNU.
Selain itu, dalam konteks Pendidikan Profesi Guru (PPG), PWNU berharap UIN Maliki dapat memperbesar kuota bagi guru-guru Ma’arif, terutama melalui jalur PPG Prajab sebagai bentuk keberpihakan terhadap penguatan pendidikan dan profesionalisme guru Nahdliyin.
Pertemuan yang berlangsung hampir 2 jam itu ditutup dengan kesepakatan awal untuk membentuk tim teknis sebagai tindak lanjut program kerja sama dalam tiga bidang utama: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kedua pihak menyadari bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis dalam mempersiapkan generasi NU yang unggul secara intelektual, spiritual, dan moral untuk menghadapi tantangan abad ke-21.
Dengan suasana penuh kekeluargaan dan komitmen yang kuat, rombongan UIN Maliki berpamitan meninggalkan kantor PWNU Jawa Timur. Mereka membawa semangat baru serta harapan besar bagi terwujudnya kemitraan yang produktif, berkelanjutan, dan bermakna antara perguruan tinggi dan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. (*/Eka Nurcahyo)




