MALANG POST – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang, terus mendorong masyarakat untuk memilah sampah dari rumah.
Karena kesadaran masyarakat pada pengelolaan sampah, masih perlu edukasi. Seringkali masyarakat menganggap membuang sampah selesai hanya di tempat sampah, padahal masih ada proses selanjutnya di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Plt Kepala DLH Kabupaten Malang, Ahmad Dzulfikar, menyampaikan hal tersebut, ketika menjadi narasumber talk show di program Idjen Talk, yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (21/11/2025).
Pengelolaan sampah di TPA, kata Dzulfikar, salah satunya sampah yang bernilai dan masih bisa digunakan akan diarahkan ke perusahaan daur ulang. Sedangkan sampah dengan nilai rendah, diolah menjadi Refused Derived Fuel (RDF).
“Membangun pengelolaan sampah yang berkelanjutan dari hulu ke hilir sangat penting, untuk mengatasi permasalahan lingkungan secara komprehensif,” sebutnya.
Untuk bisa mengedukasi warga, Lurah Cepokomulyo Kepanjen, Fista Kurnia Ananda punya trik tersendiri.
“Strategi komunikasi yang paling efektif untuk menggerakkan warga tanpa paksaan, dengan menumbuhkan kepedulian dan rasa cinta masyarakat pada lingkungan,” katanya.
Pendekatan dilakukan lewat tokoh masyarakat, kader lingkungan anggota PKK sebagai speaker untuk mensosialisasikan sampai tingkat RT.
Fista menyampaikan, pihaknya rutin memberikan edukasi terkait pengurangan sampah plastik dan pengolahan sampah rumah tangga lewat komposter.
Sementara itu, Dosen Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Negeri Malang, Fahir Hassan, ST., MT., Ph.D., pada City Guide FM menyampaikan, strategi edukasi lingkungan yang realistis sangat penting, agar materi yang disampaikan bisa berdampak.
Kata Fahir, pendekatan yang paling efektif dengan memulai dari masalah yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Seperti banjir di gang, sumur yang keruh atau banyaknya nyamuk.
“Selain itu, praktek langsung seperti demonstrasi cara membuat kompos dan cara memilah sampah, juga efektif untuk edukasi,” tandasnya.
Pendekatan community-based environmental management, sebut Fahir, yang paling cocok dengan pengelolaan lingkungan berbasis kelembagaan. Mengingat masyarakat Indonesia sangat patuh terhadap institusi desa.
“Pembentukan kelompok pengelolaan lingkungan oleh desa, model desa hijau dan kampung iklim menjadi strategi yang lebih menarik dibandingkan pendekatan individual,” tandasnya. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)




