MALANG POST – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali hadir mengambil peran penting dalam upaya penurunan risiko stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebuah program pengabdian masyarakat difokuskan pada Pelatihan Pengolahan Nutricorn yang secara inovatif memanfaatkan kekayaan bahan baku lokal NTT.
Para warga diajarkan cara mengolah makanan bergizi berbasis bahan yang tersedia di wilayah tersebut. Adapun agenda yang termasuk dalam program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) ini diawali pada Oktober 2025 dan akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan.
Dahlia Elianarni, S.T.P., M.Sc., selaku dosen Ilmu Teknologi Pangan UMM, memaparkan fokus utama kegiatan ini. Dahlia menjelaskan urgensi dari program tersebut, mengingat data stunting di NTT yang masih mengkhawatirkan.
Angka stunting di NTT cukup tinggi, yaitu sekitar 18 %, sehingga NTT menargetkan pengentasan stunting hingga 14 %. Untuk mencapai target tersebut, tim UMM memperkenalkan dua jenis olahan pangan yang diformulasikan khusus untuk balita: sereal dan nugget.
Inovasi pangan ini mengandalkan bahan-bahan lokal yang melimpah di NTT, seperti kelor, tepung jagung, dan tepung ikan. Kombinasi bahan-bahan tersebut dirancang untuk memberikan asupan gizi yang optimal.

“Salah satunya kita bikin olahan produk yaitu yang pertama adalah sereal yang biasanya disukai oleh balita, dan juga nugget,” ujar Dahlia.
Pendekatan ini menjadi faktor penting dalam mencapai keberhasilan karena tidak hanya memastikan makanan yang dihasilkan terjangkau dan mudah diakses, tetapi juga memberdayakan ekonomi daerah melalui pemanfaatan bahan baku lokal yang melimpah.
Respon positif dan semangat belajar datang dari para peserta pelatihan. Salah satu peserta, mewakili ibu-ibu rumah tangga setempat, mengungkapkan rasa terima kasih dan komitmennya.
“Kesan kami terhadap pembuatan makanan stunting, untuk mencegah stunting ini sangat baik dan sangat bagus untuk kami. Kami akan menerapkan kegiatan atau penyiapan makanan ini di tempat kami bekerja,” tuturnya dengan semangat.
Lebih dari sekadar penurunan angka stunting, program ini memiliki dampak ekonomi berganda. Output dari kegiatan ini adalah pengentasan stunting; selain itu, program ini juga membuka peluang usaha bagi warga sekitar setelah sosialisasi berjalan. Program ini juga menjadi transfer ilmu agar ibu rumah tangga di NTT dapat memproduksi dan menjual produk ini secara mandiri.
Melalui sinergi antara akademisi dan masyarakat, program pengabdian ini membuktikan bahwa penurunan stunting dapat diiringi dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Harapannya, Nutricorn dapat menjadi ikon gizi lokal yang sukses menurunkan angka stunting dan membuka lapangan kerja baru di NTT. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




