
MALANG POST – Langkah serius untuk mengatasi persoalan sampah terus digaungkan. Wali Kota Batu, Nurochman, menunjukkan komitmennya dengan hadir langsung dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengelolaan Sampah Tahun 2025 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH di Jakarta International Convention Center, kemarin.
Rakornas ini bukan sekadar seremoni. Mengusung tema besar ‘Menuju Kelola Sampah 100%’, kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 bertajuk ‘Ending Plastic Pollution’.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, tampil lugas. Dalam arahannya, dia menggarisbawahi bahwa pengelolaan sampah bukan lagi tugas sambilan. Harus serius. Harus kolaboratif. Harus melibatkan semua pihak. Mulai dari pusat, daerah, hingga industri dan masyarakat.
“Saat ini capaian nasional baru 39,01 persen. Target 2025 adalah 52,21 persen. Kalau ingin 100 persen di 2029, semua harus gaspol,” tegas Hanif.
Dia juga menyinggung soal pentingnya mengakhiri praktik open dumping di TPA dan memperkuat sistem ekonomi sirkular melalui kerja sama dengan pelaku industri daur ulang.
Peringatan keras pun turut disampaikannya. “Bagi daerah yang ogah-ogahan, hukum akan ditegakkan. Tapi bagi yang semangat, dukungan dana dan teknologi siap diberikan,” tambahnya.

RAKOR PENGELOLAAN SAMPAH: Wali Kota Batu, Nurochman saat menghadiri Rakornas Pengelolaan Sampah Tahun 2025 di Jakarta kemarin. (Foto: Istimewa)
Sementara itu, Deputi Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLH/BPLH, Ade Palguna menyampaikan, bahwa Rakornas ini diharapkan jadi titik temu antara pemda dan pelaku industri.
“Agar bisa tercipta solusi nyata, bukan wacana belaka,” katanya.
Wali Kota Batu, Nurochman merespons positif. Dia menyatakan bahwa Kota Batu siap mengikuti arahan pemerintah pusat. Tidak sekadar hadir di Rakornas, tetapi juga membawa pulang semangat baru untuk menata pengelolaan sampah lebih terintegrasi.
“Kami akan kuatkan peran masyarakat, upgrade TPS3R dan jalin sinergi dengan industri daur ulang. Sampah bukan masalah, tapi peluang,” tutur Cak Nur penuh optimisme.
Sebelumnya, Cak Nur juga telag mengumumkan pembangunan big komposter, sebuah alat pengolah sampah organik berkapasitas besar di TPA Telekung. Tidak tanggung-tanggung, empat sel akan dibangun, masing-masing dengan kapasitas 24 ton.
“Ini salah satu solusi untuk mengatasi sampah organik, khususnya yang berasal dari 21 ruas jalan di Kota Batu,” jelasnya.
Big komposter ini bukan main-main. Kalau biasanya komposter cuma segede tong biru di rumah, versi ini bisa dibilang komposter raksasa. Selain bisa menampung lebih banyak, hasil akhirnya pun diharapkan berkualitas, kompos siap pakai untuk pertanian, perkebunan, hingga penghijauan kota.
“DLH Kota Batu sudah siap tancap gas, saya terima kasih,” tambah Cak Nur.
Dia optimistis, jika proyek ini berjalan sesuai rencana, volume sampah organik yang masuk ke TPA bisa ditekan drastis. Dampaknya, usia TPA lebih panjang, lingkungan lebih sehat, dan siapa tahu Kota Batu bisa jadi percontohan pengelolaan sampah modern di Jatim.
Mimpi itu bukan ilusi. Asal serius dan konsisten. Karena, seperti kata Cak Nur, urusan sampah bukan cuma tentang bau dan kotor, tapi juga tentang masa depan kota.
Langkah Kota Batu pun patut ditunggu. Akankah apel manisnya kelak seharum pengelolaan sampahnya? Kita lihat nanti. Yang jelas, Rakornas itu jadi momentum penting. Bukan hanya soal tumpukan sampah, tapi masa depan lingkungan. (Ananto Wibowo)