
FEBRINA, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Tekanan inflasi Kota Malang dan Probolinggo, pada Mei 2025, tercatat masih terkendali dalam rentang sasaran.
Dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Mei 2025, mengalami deflasi sebesar 0,21 persen (mtm). Bulan April, inflasi tercatat sebesar 1,07 persen (mtm).
Dengan capaian tersebut, Kota Malang mengalami inflasi tahunan sebesar 1,36 persen (yoy).
Deflasi IHK pada Mei 2025, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan andil -0,24 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Febrina, dalam rilis yang diterima Malang Post, menjelaskan, didasarkan komoditas penyebabnya, deflasi terbesar Kota Malang didorong oleh penurunan harga komoditas.
Seperti cabai rawit, bawang merah, cabai merah, bawang putih dan emas perhiasan. Masing-masing dengan andil -0,17 persen, -0,08 persen, -0,03 persen, -0,02 persen dan -0,02 persen (mtm).
“Penurunan harga-harga tersebut, terjadi akibat pasokan yang meningkat seiring dengan dimulainya musim panen di sentra produksi.”
“Sedang penurunan harga bawang putih, terjadi akibat pasokan yang meningkat seiring dengan penambahan realisasi impor bawang putih.”
“Sementara, penurunan harga emas perhiasan, berlangsung seiring dengan normalisasi harga komoditas emas global,” katanya.
Deflasi yang lebih dalam, tambah Febrina, tertahan oleh beberapa komoditas yang mencatatkan kenaikan harga.
Seperti komoditas tomat, tarif pulsa ponsel, beras, sawi hijau dan ketimun. Masing-masing dengan andil 0,03 persen, 0,02 persen, 0,02 persen, 0,02 persen, dan 0,01 persen (mtm).
“Kalau untuk kenaikan harga tomat, sawi hijau dan ketimun, terjadi seiring dengan adanya keterbatasan pasokan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif,” tegasnya.
Adapun kenaikan harga beras, terjadi seiring dengan berakhirnya masa panen raya yang mendorong penurunan pasokan gabah.
Sementara itu kenaikan tarif pulsa ponsel, terjadi pasca normalisasi kebijakan penurunan tarif internet selama arus mudik lebaran 2025, yang diberlakukan oleh pemerintah.
Sedangkan untuk kawasan Kota Probolinggo, yang juga masuk dalam wilayah kerja KPw BI Malang, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2025, mengalami deflasi sebesar -0,35 persen (mtm). Bulan sebelumnya, mencatatkan inflasi sebesar 0,75 persen (mtm).
Secara tahunan, Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,58 persen (yoy) atau masih dalam rentang sasaran inflasi sebesar 2,5 + 1 persen.
Febrina juga menyebut, deflasi periode Mei 2025 di Kota Probolinggo, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil -0,36 persen (mtm).
Deflasi yang lebih dalam, tertahan oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,06 persen (mtm).
“Kalau didasarkan pada komoditasnya, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga cabai rawit, bawang putih, bawang merah, angkutan antar kota dan ikan tongkol. Masing-masing dengan andil -0,20 persen, -0,06 persen, -0,05 persen, -0,04 persen, dan -0,02 persen (mtm),” tegas alumni UGM Yogyakarta ini.
Penurunan harga cabai rawit dan bawang merah, terjadi akibat pasokan yang meningkat seiring mulainya musim panen di sentra produksi.
Penurunan harga bawang putih, terjadi akibat pasokan yang meningkat seiring dengan penambahan realisasi impor bawang putih.
Penurunan harga angkutan antar kota, terjadi seiring dengan normalisasi harga tarif beberapa operator bus trayek jarak jauh pasca lebaran. Penurunan harga ikan tongkol terjadi seiring dengan pasokan yang melimpah.
Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga komoditas tomat, emas perhiasan, ketimun, tarif pulsa ponsel, dan kacang panjang, dengan andil deflasi masing-masing 0,03 persen, 0,02 persen, 0,02 persen, 0,01 persen, dan 0,01 persen (mtm).
“Kenaikan harga tomat, ketimun, dan kacang panjang terjadi seiring dengan adanya keterbatasan pasokan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif,” sebutnya.
Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia, akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif), untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen (yoy). (*/Ra Indrata)