![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-15-at-19.37.01_0d8d6c42-1024x682.jpg)
DI LERENG ARJUNO: Ketua Kelompok Tani Sumadi, Nurhidayat, dengan background green house, yang dibangun oleh Bank Indonesia untuk memaksimalkan produksi kopi. (Foto: Ra Indrata)
MALANG POST – Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, secara intensif melakukan pembinaan terhadap petani kopi. Bahkan pendampingan itu sudah dilakukan sejak 2018 lalu.
Hasilnya benar-benar sudah mulai dirasakan. Salah satunya oleh kelompok tani Sumber Makmur Abadi (Sumadi), yang berada di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Dari awalnya hanya mampu memproduksi kopi satu ton setiap tahun. Kini setiap musim, kelompok tani yang memiliki lahan perkebunan kopi di lereng Gunung Arjuno tersebut, mampu memenuhi permintaan pasar ekspor antara 10-12 ton pertahun.
Tidak itu saja, para petani yang tergabung dalam ‘Kopi Sumadi’, bisa menghasilkan omzet hingga Rp200 juta pertahun. Yang dihasilkan dari 54 hektar tanaman kopi. Dikelola oleh 54 petani.
Ketua Kelompok Tani Sumadi, yang menghasilkan Kopi Sumadi, Nurhidayat, menjelaskan, kopi yang ditanam di atas ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut itu, adalah jenis Arabica. Yang mempunyai rasa yang khas. Yakni rasa gurih atau creamy-nya sangat kuat, tidak terlalu asam dan tidak terlalu pahit.
“Saat ini dari 54 hektar yang sudah kami kelola, memang baru 20 hektar yang sudah menghasilkan. Sisanya masih dalam proses penanaman kopi tahun ini,” kata Nurhidayat, akhir pekan kemarin.
Meski demikian, sebutnya, kebun kopi tersebut sudah mampu menyerap 30 ton karbon per tahun. Dari yang sebelumnya menjadi kawasan kritis, kali ini sudah dapat menyerap hingga hingga 100 ton karbon setiap tahunnya.
Faktor yang mampu mengoptimalkan penyerapan karbon untuk tanaman kopi, imbuh Nurhidayat, adalah dengan memanfaatkan Green House, yang merupakan dukungan dari Bank Indonesia.
“Pohon kopi mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, melalui proses fotosintesis. Proses ini disebut sekuestrasi karbon, yaitu penyimpanan karbon dalam biomassa pohon,” tegasnya.
Sementara untuk pengembangan kebun kopi, yang sukses dalam berkontribusi positif terhadap lingkungan ini, jelas Nurhidayat, dilakukan dengan basis Agroforestri. Yakni para petani kopi, mengolah lahan, untuk mengatasi masalah yang timbul, akibat adanya alih guna lahan tersebut.
“Jadi petani-petani di sini, memadukan tanaman kopi, dengan tanaman kehutanan dan pertanian.”
“Sistem ini tidak hanya mendukung produktivitas ekonomi tetapi juga membantu konservasi lingkungan,” katanya.
Di atas lahan yang dikelola tersebut, pihaknya menerapkan tiga prinsip. Yaitu pengembangan ekonomi, keberlanjutan ekologi dan pengembangan sosial.
![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-15-at-19.37.39_a672e934-1024x682.jpg)
DI SHOWROOM: Nurhidayat, Ketua Kelompok Tani Organik Sumadi, ketika berada di sekretariat yang juga menjadi lokasi pengolaan biji kopi. (Foto: Ra Indrata/Malang Post)
Sedangkan dengan adanya Green House, tambah Nurhidayat, menjadikan proses produksi bisa full wash sepanjang 36 jam non stip. Dari panen langsung dikeringkan. Sehingga mampu memenuhi standart pasar internasional.
Hal itu ditambah dengan suhu di lereng Gunung Arjuno, pada kisaran 18 – 23 derajat celcius. Yang sangat mendukung untuk pemanfaatan stabilisasi pengeringan biji kopi sesuai standar. Serta menghasilkan kopi dengan citarasa yang khas. Yakni cenderung soft, lembut, creamy, tetapi masih terasa fruity.
“Karena itu, kopi ini sangat diminati pasar Korea Selatan. Bahkan untuk sekali transaksi bisa langsung satu ton. Dengan harga Rp150 ribu perkilonya,” jelas Nurhidayat.
Tidak hanya Korea Selatan, beberapa negara lain juga tertarik dengan dengan Kopi Sumadi tersebut. Seperti Swiss, China dan Perancis. Karena mereka dapat menjaga rasa, serta kualitas kopi.
“Bahkan yang dari Korea (Selatan) itu, mereka datang langsung ke sini. Mereka ingin melihat prosesnya, serta bersama-sama dengan kami, membuat standarisasi produk kopi,” tegasnya.
Terpisah, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedy Prasetyo, membenarkan jika Kopi Sumadi, adalah salah satu dari sekian banyak binaan Bank Indonesia. Yang berada di wilayah kerja KPw BI Malang. Yakni Kota dan Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota dan Kabupaten Pasuruan, serta Kota dan Kabupaten Probolinggo.
Bentuk dukungan yang diberikan, kata Dedy, tentunya terdiri dari berbagai aspek. Mulai dari infrastruktur penunjang hingga mendorong pasar Kopi Sumadi menyasar pasar ekspor.
“Dukungan seperti green house ini, agar dalam proses pengeringan panen kopi tetap optimal dan terjaga kualitasnya. Selain tentunya untuk mendorong peningkatan produksi, pengeringan biji kopi menjadi lebih bagus,” jelas Dedy Prasetyo. (Ra Indrata)