
MALANG POST – Di saat uang kuliah tunggal (UKT) yang naik, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Malang Raya, juga mempermasalahkan mahasiswa golongan perekonomian menengah dan bantuan APBD yang tidak jelas.
Koordinator BEM Malang Raya, Abi Naga Parawansa, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, menyebut, kenaikan UKT yang dirasakan oleh mahasiswa, sampai saat ini masih menjadi concern dalam sharing session BEM Malang Raya.
“Sebenarnya yang jadi permasalahan, ketika melihat mahasiswa dari golongan menengah yang pendapatannya fluktuatif, tapi justru berdampak.”
“Lain halnya ketika mahasiswa masuk golongan tidak mampu, mereka masih ada bantuan,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (21/5/2024).
Keresahan lainnya, kata Abi, sebenarnya negara sudah memberikan bantuan pendidikan, melalui APBN sebesar 20 persennya.
“Tapi setelah adanya informasi kenaikan UKT ini, jadi pertanyaan kenapa dana bantuan tidak bisa membantu dan larinya kemana,” tanyanya.
Sementara itu Wakil Rektor 2 UB, Prof. Muchamad Ali Safaat menjelaskan, sebenarnya UKT itu tidak tiba-tiba mahal. Tetapi hal tersebut sejalan dengan penyesuaian mahasiswa masuk golongan mana.
Prof Ali juga menjelaskan, perubahan UKT itu setelah mahasiswa melakukan daftar ulang. Disana ada verifikasi data lagi, soal kondisi perekonomian keluarga.
“Jika memang kondisi ekonomi masih masuk di golongan UKT rendah, maka mahasiswa tidak merasakan kenaikan UKT dan sebaliknya,” sebutnya.
Bahkan sebenarnya penyesuaian UKT ini, kata Prof. Ali, terjadi pada 40 persen yang melakukan daftar ulang tahun lalu. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)