Saat ini semua negara di dunia terkena dampak oleh pandemi virus covid-19. Virus Covid-19 atau Corona adalah virus yang pertama kali muncul di kota Wuhan, China. Virus ini diakibatkan oleh persebaran dari hewan serta lingkungan yang kotor. Jika seseorang terkena virus ini akan mengalami demam, batuk, bahkan kematian yang mengancam jiwa seseorang. Hal ini menyebabkan seluruh negara di dunia berlomba-lomba untuk membuat vaksin, negara seperti Uni Eropa, China, Inggris, Amerika Serikat. Semuanya mengadakan sayembara bahkan berlomba dalam pembuatan vaksin yang nantinya akan diperjualbelikan di seluruh negara jika berhasil dalam uji riset kelayakan pakai vaksin tersebut.
Corona atau Covid-19 sudah menjadi pandemi yang menjangkiti hampir di seluruh dunia termasuk Eropa. Sehingga Uni Eropa ingin mencari dan membuat obat vaksin dengan cara menggalang dana, berinvestasi dan membayar perusahaan pembuat obat seperti Pfizer atau Moderna. Akan tetapi baru – baru ini Indonesia mengungkapkan bahwa tidak akan membeli vaksin Pfizer atau Moderna seperti yang diungkapkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Alasan pemerintah Indonesia tidak membeli vaksin Pfizer Moderna karena syarat penyimpanan dan distribusi dingin (Cold Chain) dan jika dipaksakan mengambil vaksin dari Pfizer memerlukan waktu kurang lebih 3 tahun untuk mempersiapkan vaksin tersebut. Meski Erick Thohir pernah menyebutkan hal tersebut, namun baru-baru ini pada bulan desember 2020 juru bicara Covid-19, Siti Nadia Tarmidzi menegaskan pemerintah telah memperbarui dan menetapkan 6 vaksin Covid -19 yang bisa digunakan di Indonesia yakni PT Bio Farma (Persero), Astra Zeneca, China National Pharmaceitical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd . Dua diantara itu adalah Moderna, dan Pfizer and BioNTech yang sebelumnya pernah disebutkan Erick Thohir vaksin tersebut tidak cocok di Indonesia. Meski bisa digunakan di Indonesia, pemerintah tetap memilih membeli vaksin dari Sinovac Biotech Ltd (China) untuk didatangkan ke Indonesia dan digunakan secara massal. pengadaan riset dan recana yang dilakukan oleh Uni Eropa, Amerika dan Inggris tidak menarik perhatian Indonesia sebagai bahan pertimbangan selain vaksin dari negara China untuk dijadikan tujuan pemberian vaksin bagi Indonesia.
Mengapa Indonesia memilih vaksin dari China dibandingkan vaksin dari negara Uni Eropa, yang merupakan salah satu kandidat terkuat dalam pembuatan vaksin bersama dengan Inggris dan Amerika Serikat?. Hal ini cukup menarik sehingga menyebabkan Indonesia mencari jalur alternatif untuk pembelian vaksin dari China, tentunya pembelian vaksin dari negara China akan mempengaruhi kebijakan politik, pemerintahan, ekonomi maupun kerjasama antara dan hubungan diplomatik antara negara Indonesia dan China yang sudah terjalin cukup lama.Dan ini diperkuat dengan datangnya Vaksin buatan China yaitu Sinovac, pada tanggal 6 Desember kemarin, vaksin pertama kali datang ke Indonesia melalui pesawat dengan jumlah 1,2 juta dosis, dan kedatangan vaskin tersebut adalah Sinovac ,dan menurut Presiden Republik Indonesia yaitu Jokowi Widodo, ia mengatalan bahwa vaksin datang ke Indonesia, adalah vaksin yang sudah diuji coba klinis sejak Agustus lalu di Bandung,dan bulan depan yaitu bulan Januari akan ada 1,8 juta dosis baru yang akan di datangkan dan didistribusikan ke masyarakat oleh pemerintah, akan tetapi mengapa hanya vaksin sinovac yang pertama kali di beli dan di datangkan ke Indonesia?, mungkin ada alasan lain mengapa sinovac di datangkan terlebih dahulu daripada vaksin-vaksin lainnya, dibalik efektivitas vaksin itu atau uji klinis tersebut.
Seharusnya pemerintah lebih memfokuskan untuk pembuatan vaksin dan mencari dana dari sektor swasta atau memberi dana terhadap perusahaan-perusahaan farmasi yang ada di Indonesia, sehingga dengan adanya pembuatan vaksin dalam negeri, dapat memudahkan pemerintah Indonesia untuk mendistribusikan vaskin secara massal ke masyarakat luas, tetapi jika memang,kemampuan Indonesia dalam pembuatan vaksin masih kurang, seharusnya pemerintah Indonesia melibatkan banyak negara dalam produksi vaksin COVID-19 selain Republik Rakyat Tiongkok. Walaupun Republik Rakyat Tiongkok mendapatkan izin dari WHO (World Health Organization) akan tetapi vaksin tersebut masih tahap penyempurnaan alias belum sempurna sehingga badan – badan kesehatan di Indonesia seperti BPOM yang sedang mengawasi pembuatan vaksin dan memantau vaksin tersebut secara langsung.
Sehingga vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan maka itu Indonesia juga seharusnya mempertimbangkan vaksin – vaksin dari negara lain seperti Inggris dan Uni Eropa, dan saat ini walaupun vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok sudah uji klinis-3, ada masih banyak opsi yang dapat di ambil oleh pemerintah Indonesia, karena ada vaksin dari Inggris dan Amerika yang vaksinnya sudah diuji klinis-3, dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dari vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok.
Ada pro dan kontra terhadap pembelian vaksin Sinovac dari Replubik Rakyat Tiongkok, dan beberapa masyarakat mendukung bahwa, vaksin yang berasal dari Uni Eropa, Inggris dan Amerika, sangat di perlukan dan lebih percaya akan vaksin tersebut daripada vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok, hal itu di karenakan Uni Eropa pun sudah membuat janji bahwa vaksin COVID-19 sudah siap pada kuartal pertama 2021. Dan karena itu vaksin dari Uni Eropa bisa dikatakan sudah siap dipakai dan di distribusikan. Sehingga seharusnya Indonesia juga membeli vaksin dari Uni Eropa. ditambah banyak aktivis dari Indonesia masih menolak dengan adanya vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok sehingga kehadiran vaksin ini akan di dukung oleh yang kontra terhadap vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok.
Dan beberapa negara juga menolak adanya vaksin dari Republik Rakyat Tiongkok ini seperti Brazil yang menolak adanya Vaksin Sinovac setelah presiden Brazil Jair Bolsonaro mengatakan bahwa ia dan rakyat Brazil tidak akan membeli Vaksin dari China, karena menurutnya vaksin tersebut belum merampungkan uji coba, sehingga pemerintah Brazil merencanakan akan mendistribusikan vaksin buatan dari Universitas Oxford, Inggris dan vaksin dari perusahaan farmasi AstraZeneca dan juga vaksin Republik Rakyat Tiongkok ditolak oleh Taiwan karena masalah keamanan dan peraturan serta kualitas vaksin China yang dipertanyakan dan proses produksinya dan , Taiwan juga menolak vaksin tersebut dikarenakan sejarah inokulasi yang merupakan kesalahan China yang dimana China pernah memberikan vaksin polio yang kadarluarsa pada tahun 2016, dan juga vaksin hepaitis-B pada 2013 yang keduanya memberikan efek samping dan menimbulkan kematian, akibat dari kelalaian Republik Rakyat Tiongkok.
Namun ada juga beberapa masyarakat yang tidak percaya vaksin dari Uni Eropa, Inggris dan Amerika.Karena mereka berpikir, masih banyak juga kelemahan-kelemahan vaksin dari ketiga negara yang berbasis mRNA tersebut dibandingkan vaksin China, seperti keampuhannya masih dipertanyakan karena vaksin ini berisikan sebuah fragmen virus atau potongan-potongan virus yang memiliki kemungkinan vaksin tersebut memiliki respon terhadap imun yang lemah. Dan ketiga vaksin dari dari Uni Eropa, Inggris dan Amerika tersebut masih kurang teruji jika dibandingkan vaksin sinovac asal China yang sudah menyelesaikan uji klinis tahap 3 di beberapa tempat. Pemerintah Indonesia memilih vaksin sinovac di bandingkan membeli vaksin dari Pfizer atau Moderna yakni karena syarat penyimpanan dan distribusi dingin (cold chain) vaksin yang berbeda dengan produsen tersebut. Ditambah dengan berbagai alasan pemerintah menerima vaksin dari China.
Tim Penulis : Amelia Yudith Sabrina, Cassey Rajendra Putra Sahidi , Michael Ivan
( Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Hubungan Internasional Universitas Brawijaya )