Malang Post – Dua ‘geng’ ABG, masing-masing dipimpin RE dan LT. Beranggotakan antara 10-15 ABG di setiap kelompok tersebut. Sepakat untuk perang sarung.
Lokasi yang dipilih untuk ‘medan pertempuran’, di area futsal kampus Widyagama, di Jalan Borobudur, Lowokwaru, Kota Malang. Pada Rabu (13/3/2024) malam, pukul 20.00 WIB.
Titik kumpul masing-masing kelompok, di sekitar Balai RW 03 di Jalan Kepiting, Tunjungsekar, Lowokwaru. Sebelum kedua ‘geng’ tersebut berangkat ke lokasi perang sarung.
Mengetahui kelompok LT, memiliki postur tubuh dan usia yang lebih besar, RE memutuskan kembali ke rumah. Mengambil senjata tajam dan beberapa besi, yang dililitkan disarungnya.
Mengetahui banyak ABG berkumpul, warga sekitar curiga dengan gelagat mereka. Warga pun langsung membubarkan dua kelompok tersebut. Para ABG dari dua kelompok itu, berlarian membubarkan diri.
Tokoh agama (Toga) setempat, Lukman Chakim, menyayangkan kejadian tersebut. Terlebih terjadi di bulan Ramadan, yang seharusnya diisi dengan banyak ibadah.
Pihaknya meminta kepada masyarakat sekitar, terutama keluarga, untuk ikut memberikan pengawasan kepada anak-anak. Agar tidak terjadi peristiwa serupa.
“Yang pertama adalah dari orang tua. Setelah dari orang tua, nanti dilanjutkan bagaimana kondisi di lingkungannya. Kita harus terus memperhatikan.”
“Jangan sampai -mudah-mudahan- negara kita dijauhkan dari anak-anak yang tidak berpikiran positif,” jelasnya di Mapolsek Lowokwaru, Sabtu (16/3/2024) siang.
Kapolsek Lowokwaru, Kompol Anton Widodo, membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya berterima kasih kepada warga sekitar. Terutama para tokoh agama dan masyarakat, yang berperan aktif dalam membubarkan perang sarung tersebut.
“Ada sekitar 12 anak yang sudah kami periksa. Mereka juga sudah mendapatkan pengarahan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama.”
“Mereka nanti akan kita beri pembinaan. Karena semua yang terlibat dalam perang sarung itu, di bawah umur. Rencananya, mereka akan diberi sanksi
bersih-bersih masjid dan ikut pondok Ramadan,” tutur Kompol Anton.
Perwira dengan satu melati di pundak itu lantas bertutur, lantar belakang yang menjadi penyebab bakal terjadinya perang sarung di bulan Ramadan tersebut.
Kejadian bermula pada Senin (11/3/2024), ketika RE dicurhati temannya sesama ABG, berinisial GT. Yang terus mendapat perundungan (bullying) dari PT. Hanya gara-gara sering kalah saat bermain game free fire (FF).
Merasa sebagai pemimpin kelompok, RE langsung menemui PT. Meminta klarifikasi terkait perundungan yang dilakukan terhadap GT.
Setelah PT merasa mendapat ‘intimidasi’ dari RE, dia pun mengadu ke LT, yang menjadi pimpinan kelompoknya.
LT pun mendatangi RE, untuk menyelesaikan masalah tersebut, lewat cara perang sarung. Hingga kedua kelompok tersebut, sepakat perang sarung dilakukan pada Rabu (16/3/2024), pukul 20.00 WIB. Di area Futsal Kampus Widyagama.
Titik kumpulnya, disepakati pula di Balai RW 03 Kelurahan Tanjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Saat berkumpul itulah, warga sekitar mengetahui gelagat yang kurang baik dari dua kelompok ABG tersebut. Ketika dihampiri untuk ditanyakan aktivitas mereka, ternyata dua kelompok itu kabur melarikan diri.
“Tapi saat bertemu di Balai RW 03 itu, RE sempat kembali ke rumah untuk mengambil sajam dan besi yang dililitkan disarung. Ini karena RE melihat lawannya besar-besar dan alasannya untuk berjaga-jaga,” jelas Kapolsek.
Sementara yang lain melarikan diri, dua anak di bawah umur berhasil diamankan warga sekitar. Pun warga juga menghubungi Polsek Lowokwaru.
Polisi yang datang di lokasi berkumpulnya dua kelompok tersebut, melakukan
Penggeledahan. Baik kendaraan maupun ponsel mereka diikut digeledah.
Hasilnya, petugas menemukan satu senjata tajam jenis parang dan potongan besi dari jok satu kendaraan bermotor.
Termasuk potongan besi, yang dibungkus dalam kain sarung. Yang diduga akan digunakan untuk perang sarung.
“Kita amankan parang dan sarung yang berisi potongan besi berukuran cukup besar, dari motor yang digunakan RE,” jelasnya.
Usai diinterogasi, pelaku mengaku saling kenal dengan kelompok lawan. Tak hanya mereka, sebanyak 12 anak di bawah umur juga turut diamankan oleh pihak kepolisian.
Disinggung kepada anak-anak di bawah umur, sudah punya pikiran untuk melakukan perang sarung dan membawa sajam, Kompol Anton menyebut, karena perang sarung menjadi fenomena negatif yang memang ada disaat Ramadan.
“Kalau soal Sajam dan besi, karena membela diri. Melihat musuhnya besar besar. Itupun ditaruh didalam jok sepeda motor,” ucapnya.
Akhirnya pelaku RE, yang kedapatan memiliki sajam, bakal diserahkan untuk di proses lebih lanjut ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Malang Kota. (Ra Indrata)