Malang Post – Serdadu Apel Emas (SAE). Itu adalah judul film pendek garapan sineas Kota Batu. Film berdurasi 15 menit itu berhasil tembus festival film nasional. Juga berhasil masuk dalam ajang perfilman Asia Pasifik.
Film SAE banyak menampilkan keindahan tanaman apel di Kecamatan Bumiaji. Dengan mendekatkan area-area alam seperti sungai dan bukit sebagai ruang bermain anak. Lewat film itu, juga bertujuan untuk mempromosikan apel sebagai ikon Kota Batu.
Dalam film itu menceritakan tentang perjalanan lima sekawan. Mereka ingin menyelamatkan satu-satunya pohon apel, agar tidak mati dan dapat kembali berbuah. Film pendek musikal ini, membawa isu penting tentang ironi keberadaan tanaman apel sebagai salah satu ikon Kota Batu yang jumlahnya terus berkurang.
Film hasil kerjasama Pemkot Batu dengan Komite Ekonomi Kreatif (KEK) itu, bertujuan untuk menumbuhkan kembali promosi apel sebagai potensi pertanian dan wisata di Kota Batu.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai turut antusias menyaksikan Film SAE. Bersama para sineas dan aktor dalam film tersebut, dia menonton SAE di Cinepolis, Lippo Plaza Kota Batu.
“Saya acungi jempol dengan hasil karya anak-anak Kota Batu yang begitu luar biasa. Film ini patut untuk dikembangkan. Tapi kalau 15 menit untuk meperkenalkan seluruh wilayah Kota Batu masih belum cukup. Perlu ada film panjang,” ujar Pj Aries, Minggu, (21/1).
Menurutnya, film dengan narasi yang panjang akan bisa menjadi daya tarik masyarakat luas. Sehingga bisa turut mendongkrak ekonomi dan potensi wisata di Kota Batu.
Lebih lanjut, Pj Aries juga mengajak seluruh elemen masyarakat, untuk kembali menghidupkan potensi apel sebagai ikon Kota Batu. Seiring dengan langkah tersebut, Pemkot Batu juga telah melakukan berbagai upaya untuk kembali melakukan revitalisasi apel.
“Saya mengajak kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali tentang apel. Film ini adalah hasil karya yang luar biasa dan mempromosikan kota Batu sebagai kota apel sekaligus kota wisata,” ujarnya.
Sutradara sekaligus penulis naskah film SAE, Lingga G. Permadi mengatakan, film ini mengangkat isu lingkungan. Dimana saat ini komoditas apel di Kota Batu sudah banyak berkurang. Film itu dibuat dalam waktu lima hari. Diperkirakan lima aktor cilik yang masih duduk di bangku SD.
“Kami berharap, melalui film ini, dapat mengedukasi anak-anak. Untuk turut menjaga lingkungan sekaligus mengenalkan Kota Batu,” ujarnya.
Sekretaris Ekraf Kota Batu, Alan menambahkan, film ini menjadi salah satu sektor pengembangan ekonomi kreatif yang ada di Kota Batu. Dengan mengambil lokasi di Kota Batu dan mengangkat ciri khas Kota Batu sebagai Kota Apel.
“Daro film ini, turut menghasilkan berbagai produk turunan ekonomi kreatif lainnya. Diantaranya makanan olahan apel yang diolah menjadi pastry, maskot boneka lima sekawan Film Serdadu Emas, kaos, tote bag, hingga video game,” tutupnya. (Ananto Wibowo)