Malang Post – Anggota Komunitas Pecinta Kereta Api, yang juga pemerhati kereta api, Tjahjana Indra Kusuma mengakui, kereta api memang menjadi prioritas utama ketika di jalan. Karena jika terjadi kecelakaan akibat kelalaian, maka dampak paling besar ada pada kereta api.
Hal itu ditegaskan Indra, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (21/11/2023).
Katanya, prioritas utama kereta api untuk didahulukan, sudah tercatat pada peraturan perundang undangan lalu lintas angkutan jalan. Termasuk di undang undang perkeretaapian.
“Di awal pandemi, data laka (kecelakaan) kereta api sempat turun drastis. Tapi setelah memasuki kondisi normal, kasus laka kereta api kembali terjadi,” sebutnya.
Sejauh ini, tambah Indra, dari komunitas juga mengambil peranannya. Dengan membentangkan poster di titik rawan laka kereta api dan mendengungkan perhatian melalui sosial media.
Khusus untuk kecelakaan kereta api di Lumajang, hingga menyebabkan 11 korban meninggal dunia, Pelaksana Harian Manager Hukum dan Humas KAI DAOP 9 Jember, Anwar Yuli Prastyo, menyebut jika PT KAI sudah merespon, dengan melakukan survei langsung ke titik kejadian.
“Setelah adanya kecelakaan mobil elf tertabrak kereta api, dengan mengakibatkan 11 korban meninggal dan empat orang mengalami luka berat, kami langsung datang ke lokasi.”
“Dari hasil survei didapati kalau titik ini memang rawan. Sehingga ke depan bakal dipasang palang pintu, sekaligus adanya satu penjaga yang ditugasi,” jelasnya.
Untuk sementara ini, tambah Anwar, memang pergerakan lalu lintas di sekitar diperhatikan. Jika ada pergerakan padat, arusnya akan langsung dialihkan.
Sementara itu, Pakar Transportasi Universitas Brawijaya, Prof Sugiono menyebut, adanya kecelakaan kereta api itu disebabkan banyak faktor. Namun sejauh ini yang mendominasi karena human error. Banyak pengendara yang melintas rel kereta api tidak sadar atau tergesa gesa.
“Memang infrastruktur kereta api perlu diperhatikan, termasuk juga penjaga palang pintu perlintasan kereta api.”
“Tapi yang tidak kalah penting pemahaman pengendara yang melintasi rel, terkadang sudah terlanjur dengan kecepatan tinggi dan tidak tahu adanya rel kereta,” sebut Prof. Sugiono.
Ke depan, tambahnya, perlu adanya inovasi khusus. Salah satu yang sekarang sedang dibuat, adalah sebuah aplikasi. Ketika masyarakat aktifkan aplikasi ini sebelum perjalanan, akan diketahui berapa perlintasan kereta api yang akan ditemui.
“Bahkan ada beberapa reminder nantinya yang terbagi menjadi tiga. Ketika perlintasan kereta api menuju hampir 500 meter warna indikator hijau. Jarak 500 sampai 100 indikator kuning menyala. Saat kurang dari 100 meter, indikator merah akan menyala,” jelasnya. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)