Pernakah anda berada dalam suatu posisi dimana ragu dalam mengambil sebuah keputusan karena terpengaruh oleh doktrin atau perkataan orang sekitar? atau mungkin anda yang pernah mempengaruhi seseorang dalam mengabil keputusan sesuai keinginan anda dengan tujuan tertentu. Pertanyaan yang sering kali dilontarkan dengan tujuan tertentu seperti pertanyaan mengenai pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan personal lainnya. Perkataan tersebut tanpa sadar akan mempengaruhi kita, misal Yakin mau kuliah disitu, disitu saingannya banyak susah udah di sini aja sama aku? atau seperti yakin mau nglamar disitu? perusahan itu besar pasti butuh orang yang pintar dengan nilai yang bagus, sedangangkan kamu kan kurang. Atau mungkin sebaliknya anda yang mencoba mendoktrin orang disekitar anda untuk mengikuti keinginan anda dengan tujuan agar orang tersebut tidak lebih tinggi dan sukses daripada anda. Orang seperti demikian biasa disebut dengan orang yang memiliki mentalitas kepiting atau Crab Mentality.
Crab Mentality atau Mentalitas Kepiting istilah ini mungkin jarang sekali kita dengar akan tetapi kejadian ini sering terjadi di sekitar lingkungan kita tanpa kita sadari. Dalam bidang psikologi Crab Mentality menggambarkan sebuah keadaan dimana seseorang tidak suka melihat orang disekitarnya berhasil melampaui dirinya. Crab Mentality disini merupakan sebuah analogi dari sekelompok kepiting yang diletakkan kedalam satu ember tanpa ditutuppun kepiting-kepiting tersebut tak akan pernah keluar, hal ini disebabkan oleh apabila ada kepiting yang berusaha naik keatas maka kawannya yang lain akan menariknya kembali kebawah. Sama halnya dengan kepiting – kepiting tersebut seseorang yang memiliki Crab Mentality cenderung tidak akan suka melihat orang disekitarnya berhasil saat dirinya mengalami suatu kegagalan. Seseorang yang memiliki mentalitas kepiting akan melakukan berbagai cara untuk membuat orang lain batal melakukan sesuatu dan berujung akan gagal bersama. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Perry (2009) kepiting yang terus ditarik turun lama kelamaan akan melambat dan mengalami depresi, begitu juga dengan manusia apabila terus diberikan doktrin buruk dia akan merasa kurang percaya diri dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan berproses.
Crab Mentality ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor terbesar yang mempengaruhi terbentuknya Crab Mentality adalah dipengaruhi oleh rasa iri dan juga rasa takut akan tertinggal (Anguillian, 2018). Crab mentality juga sangat berkaitan dengan Self- Esteem (Harga Diri) seseorang. Seseorang yang memiliki Self- Esteem rendah cenderung dapat memiliki Crab Mentality, hal ini dapat disebabkan oleh rasa terancam atau takut akan tertinggal dengan orang disekitarnya. Selain dari rasa takut akan tertinggal dengan orang disekitarnya orang yang memiliki mentalitas kepiting dipengaruhi oleh rasa iri hati. Iri hati dapat muncul apabila seseorang tidak memiliki kualitas, prestasi, serta kemampuan lain yang dimiliki oleh orang lain (Parrot & Smith, 1993). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simone Shamay Tsoory asal Universitas Haifa menunjukan bahwa rasa iri tersebut ditimbulkan oleh hormon oksitosin pada diri seseorang. Selama ini yang kita ketahui bahwasannya hormon oksitosin merupakan hormon cinta tapi pada penelitian yang dilakukan oleh Simone hormon ini juga bisa menghasilkan emosi negatif, hal ini bergantung terhadap asosiasi tiap individu.
Lantas bagaimana kita dapat mengetahui atau bagaimana ciri-ciri orang yang memiliki Crab Mentality. Menurut Abrugar (2014) seseorang yang memiliki Crab Mentality akan memiliki sifat atau kepribadian yang sangat mencolok. Tanda – tanda tersebut misalnya seseorang yang memiliki Crab Mentality akan sangat bangga yang berlebih terhadap diri sendiri serta menganggap orang lain rendah. Tanda ke dua yaitu Seseorang dengan Crab Mentality biasanya akan merasa panik saat orang lain disekitarnya melampaui keberhasilannya. Serta orang yang memiliki Crab Mentality akan selalu menyalahkan seseorang atas kegagalan yang mereka alami (Abrugar, 2014). Coba sekarang lihat orang disekitar anda atau bahkan coba lihat diri anda sendiri apakah ada salah satu sifat seseorang yang memiliki Crab Mentality ada pada diri anda atau orang terdekat anda.
Berada pada lingkungan atau kelompok orang yang memiliki Crab Mentality akan membuat anda merasa mudah Insecure, Selalu tertekan dalam menghadapi sesuatu, serta paling penting anda akan kehilangan kesempatan anda berproses untuk menjadi lebih baik lagi. Dari semua dampak negative yang ditimbulkan maka kita penting untuk memahami bagaimana cara menghindari orang yang memiliki Crab Mentality atau dapat disebut juga bagaimana kita dapat keluar dan menjauh dari Toxic People tersebut. Menurut Loretta (2019) ada beberapa alternatif cara untuk keluar dari lingkungan yang tidak sehat tersebut. Tetap semangat dalam mencapai kesuksesan adalah salah satu caranya, anda harus tetap optimis dan yakin pada diri anda. Terus eksplor kemampuan anda, hal ini akan membantu anda untuk meningkatkan rasa percaya diri anda. Selalu evaluasi saat anda gagal, jangan biarkan kegagalan menjadi penghalang bagi keberlangsungan hidup anda justru jadikan kegagalan sebuah pelajaran dalam kehidupan anda. Yang paling penting untuk menghindar dari orang yang memiliki Crab Mentality yang berusaha untuk menjatuhkan anda adalah dengan cara mencari lingkungan baru yang lebih sehat dan suportif.
Seseorang dengan Crab Mentality bisa saja berdampak pada kehidupan anda, tetapi tidak perlu marah karna hal tersebut akan berujung sia-sia. Lebih baik waktu tersebut digunakan untuk semakin menggali potensi diri anda. Apabila orang – orang tersebut sudah sangat meresahkan dan anda merasa tidak dapat lagi bertoleransi dengan sikapnya cukup tinggalkan dan keluar dari lingkungan tersebut. Jika anda yang merasakan keraguan dalam diri anda dan mungkin anda merasakan adanya indikasi Crab Mentality dalam diri anda, jangan coba melakukan self-diagnose karena hal itu bisa saja merugikan coba lah pergi dan berkunjung kepada seseorang yang profesional seperti Psikolog maupun Psikiater.
Penulis : Mufianti Fahilla ( Mahasiswi Prodi Psikologi Universitas Brawijaya )