Malang – Dusun Drigu, Desa Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Di ketinggian 1500 meter. Diapit lereng Gunung Semeru dan Gunung Bromo. Menjadi kediaman sang pelatih legendaris, Paul Anthony Cumming. Di kawasan berjarak 45 km timur Kota Malang, yang bertemperatur 15-20 derajat celsius, pemegang lisensi kepelatihan A UEFA (1977) itu tinggal.
Di sebuah rumah sederhana seluas 400 meter persegi, dikitari lahan perkebunan apel, jeruk dan sayuran seluas 600 meter persegi miliknya, berudara segar. Berdua dengan sang istri, Dwi Rahmatus Salviati, pensiunan guru biologi SMAN 9 Kota Malang, yang dinikahinya tahun 1986 silam.
Sosok Paul Cumming, boleh jadi menjadi salah satu peletak dasar sepak bola modern di tanah air. Selain Wiel Coerver asal Belanda (1975-1976). Gebrakan awal ia torehkan tiga bulan setelah pertama kali tinggal di Indonesia.
Adalah Evert Erenst Mangindaan, mantan Gubernur Sulawesi Utara (1995-2000), orang yang berjasa membawa Paul Anthony Cumming ke tanah air. Ketika diminta menangani Persiraja Banda Aceh, mewakili Indonesia di even King’s Cup Bangkok (1980).
‘’Tapi saya tidak akan pernah lupa untuk Presiden Gus Dur, yang telah menandatangi langsung status WNI saya, 10 November 1985 lalu. Juga ayah angkat saya, almarhum Ebes Soegiyono (mantan Wali Kota Malang 1973-1983).’’
‘’Beliau banyak bantu saya dan minta saya tinggal di Malang tahun 1986. Ada juga adik angkat saya Eddy Rumpoko, Emmy, Jantje, Emma dan Agus. Ebes juga yang bantu buat KTP Malang waktu itu. Bersama Ebes Sugiyono, waktu jadi Wakil Gubernur Irian Jaya, kami bawa Perseman Manokwari jadi runner up nasional,’’ ungkap Paul Cumming, melalui sang istri yang bertindak sebagai juru bicaranya, dalam lima tahun terakhir pasca terkena stoke 2015 silam.
Saat itu bersama Ebes Sugiyono sebagai manajer tim, Perseman Manokwari sukses menjadi juara Perserikatan 1984 Divisi 1. Bahkan runner up Perserikatan Nasional 1985 di Stadion Utama, Senayan, Jakarta (06/03/1986). Di final kalah melawan Persib Bandung. Paul dan tangan dingin Ebes Sugiyono, lahirkan banyak pemain luar biasa. Seperti kiper Markus Woff dan Seppy, Yohanis Kambuaya, Willem Marra, Max Krey dan sang predator Adolf Kabo.
Membesut Timnas Indonesia 1980 dan 10 tim di tanah air, mulai dari IM Galatama Jakarta (1981-1984), Perseman Manokwari (1984-1986 dan 2001-2003), hingga PSBL Bandar Lampung (1995-1998 dan 2004-2005), hingga terakhir Persewon Wondama Papua (2008-2009). Termasuk mengarsiteki sejumlah klub di Inggris, Iran, Bangladesh dan Yordania.
Tanggal 14 Agustus 2013 lalu, pemegang lisensi kepelatihan A (FA) Worcerster College London (1968) itu, harus menjalani operasi kanker kulit basalioma, yang menggerogoti wajah dan kepalanya di Rumah Sakit Panti Nirmala Malang.
Tak itu saja, dia juga sempat bergelut dengan serangan penyakit spondylosis, karena usia menua. Yakni penyebab keausan pada cakram tulang belakang di leher. Namun kini Paul telah pulih. Meski harus duduk di atas kursi roda, jika beraktivitas pasca sempat terserang tahun 2015.
Namun demikian, Paul masih memiliki daya ingat luar biasa. Ketika memperlihatkan dan menjelaskan foto tim Indonesia Muda (IM) Galatama Jakarta, yang dia tukangi pada 1981-1984.
Bahkan dia masih ingat nama-nama mantan anak didiknya di IM Galatama. Johannes Auri, Yudo Hadianto, Ramli Laming, Junaedi Abdillah, Johny Fahamsyah, Adityo Darmadi, Junius Seba, Nus Lengkoan, Jopie Noya, ada juga Didik Darmadi dan Hadi Ismanto.
Pengidola Liverpool FC dan Arema FC itu, merasa nyaman bisa tinggal di rumah sendiri, meski jauh dari kesan mewah. Dia hanya ditemani sebuah laptop dan smartphone, untuk mengakses perkembangan dunia luar, sepak bola dan video call dengan kakak kandungnya, Erika Cumming (80) di Shingle Street, Suffolk dan adiknya Rosalined Cumming (68) di Woodbridge, Suffolk, Inggris.
‘’Sejak tahun 1979 sampai sekarang, Paul tidak pernah pulang ke Inggris, karena tidak ada biaya. Tapi Paul selalu bilang, tidak akan pernah meninggalkan Indonesia dan sangat cinta negeri ini. Begitu cintanya pada Indonesia, Paul setiap hari selalu memasang bendera Merah Putih di halaman rumahnya. Tapi dia sangat menyesal, karena ketika ibundanya (Christine Longdon Cumming) meninggal, dia tidak bisa pulang karena tidak ada biaya. Suatu saat dia ingin sekali ke Inggris untuk jenguk kakak, adik dan makam ayah (Gordon Cumming) dan makam ibunya,’’ ungkap sang istri, Dwi Salviati.
Paul sendiri sebagai pemain, memulai karir bermain di sebuah klub amatir junior Hendon FC yang berdiri tahun 1876, di South Harrow London. Di rak lemarinya, dia masih menyimpan profil dan ribuan matchday program (buletin preview pertandingan) Liga Inggris era 1902-1975.
‘’Daya ingatan juga masih sangat tajam, saat bercerita lengkap tentang perjalanan karir. Mulai sebagai pemain, pelatih hingga nama-nama klub dan pemain yang pernah dia asuh. Aktivitas Paul setiap hari, tetap mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia dan Liga Inggris dan wajib nonton berita sepak bola di TV. Dia juga bilang, wajib selalu hadir di Stadion Kanjuruhan saat Arema bermain. Di luar itu, Paul bersama saya habiskan waktu duduk-duduk dan keliling kebun buah dan sayuran di belakang rumah. Beliau sangat bangga jadi Arek Malang,’’ imbuhnya. (Act/rdt)
Biodata
Nama : Paul Anthony Cumming
Panggilan : Paul
Lahir : Shrewsbury, Shropshire, West Midlands (London), 12 Agustus 1947
Alamat : Dusun Drigu RT 002/RW 011, desa Poncokusumo, kecamatan Poncokusumo, Kab Malang.
Istri : Dra. Dwi Rahmatus Salviati
Lisensi Pelatih : A (FA) Worcerster College London (1968) dan A UEFA (1977)
WNI : 10 November 1985
Karir Pemain :
1969-1972 Shropshire County FC (Divisi 2 Inggris)
1967-1969 Shoewsburry Town (Divisi 3 Inggris)
1964-1967 England Altery Miltary UK (Divisi 3 Inggris)
Karir Pelatih :
PS. Tantular Bululawang Kabupaten Malang (2005-2012)
Persewon Wondama Papua (2008-2009)
Tim PON Papua Barat (2008)
Tim Putri Teluk Wondama Papa Barat (2008)
PSBL Bandar Lampung (2004-2005)
Perseman Manokwari (2001-2003)
PSBL Bandar Lampung (1995-1998)
Persenab Nabire (1989)
Persiss Sorong U-17 (1988)
Perseman Manokwari (1984-1986)
Tim PON Irian Jaya (1984-1985)
IM Galatama Jakarta (1981-1984)
Persiraja Banda Aceh (1980-1981)
Ramtha Jordan FC Jordania (1978-1980)
Abahani Ltd Dhaka Bangladesh (1977-1978)
Amid FC Iran (1975-1977)
Shoewsburry Town Inggris (1972-1975)
Prestasi
1988 Persis Sorong U17 (juara Nasional Piala Suratin U-17)
1985 Tim PON Irian Jaya/Papua (juara Wilayah Timur Pra PON)
1985 Perseman Manokwari (runner Up Divisi Utama Perserikatan)
1980 Persiraja Banda Aceh (ketiga Kings Cup Bangkok)
1980 Ramtha Jordan FC Amman (juara Liga Utama)
1979 Ramtha Jordan FC Amman (juara Liga Utama)
1978 Ramtha Jordan FC Amman (juara Liga Utama)
1977 Abahani Ltd Dhaka (juara Liga Bangladesh