Malang Post – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data angka pengangguran di Kota Batu sebesar 8,43 persen. Angka tersebut jadi yang tertinggi tingkat pengangguran di wilayah Jawa Timur. Dimana angka pengangguran di Kota Batu tembus 10.175 orang pada tahun 2023.
Tercatat angka pengangguran di Kota Batu dalam 3 tahun terakhir ini malah meningkat. Dimana pada tahun 2021 angka pengangguran di Kota Batu hanya 8.101 orang. Kemudian naik pada tahun 2022 sebanyak 11.199 pengangguran.
Sebab itu, guna menekan angka pengangguran terbuka di Kota Batu. Perlu dilakukan kolaborasi dan kerjasama dengan berbagai elemen. Salah satunya dengan menggandeng pihak swasta untuk membuka lowongan pekerjaan.
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja Kota Batu, Adek Iman Santoso menyatakan, untuk menekan angka pengangguran di Kota Batu pihaknya menggandeng PT Indomarco Prismatama untuk melakukan rekruitmen pekerjaan. Prosesi rekruitmen itu berlangsung di Gedung Bina Praja Kota Batu.
“Total ada 300 pelamar yang mengikuti proses rekruitmen kerja itu. Mereka harus melalui sejumlah tahapan seleksi. Mulai dari seleksi administrasi hingga interview,” jelas Dedek, Senin, (13/3).
Nantinya perusahaan tersebut akan merekrut 30 posisi atau jabatan di perusahaan. Kemudian juga merekrut sebanyak 50 orang sebagai daily worker selama Ramadan.
Lebih lanjut, menurutnya untuk mengatasi peningkatan pengangguran terbuka, pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Namun butuh kolaborasi dan bekerjasama dengan berbagai elemen. Termasuk juga dengan menggandeng pihak swasta.
“Seperti diketahui bersama, bahwa pengangguran terbuka di Kota Batu berdasarkan data BPS tertinggi ke dua di Jatim setelah Kabupaten Sidoarjo. Karena itu, momen ini merupakan salah satu bagian dari upaya untuk mengurangi pengangguran,” jelasnya.
Dengan cara, lanjut Dedek sapaan akrabnya, bekerjasama dengan PT Indomarco Prismatama. Sebab mengatasi pengangguran pemerintah tak bisa berjalan sendiri. Sehingga perlu bekerjasama dengan berbagai elemen. Termasuk pihak swasta.
Proses rekruitmen seperti ini bakal dilakukannya setiap bulan. Dengan menyesuaikan kebutuhan perusahaan tersebut. Untuk membuka lapangan pekerjaan lebih luas, pihaknya juga berencana bekerjasama dengan pihak swasta lain. Meski begitu, pihaknya tetap mewanti-wanti bagi yang sudah diterima kerja, untuk menunjukkan kompetensi dan loyalitas kepada perusahaan.
“Untuk yang diterima harus mampu menunjukkan produktivitas tinggi. Dengan demikian, perusahaan akan peduli dan selalu mencari tenaga kerja dari Kota Batu,” ujarnya.
Secara teknis, kegiatan ini merupakan lanjutan seleksi penerimaan pegawai yang sebelumnya telah dilakukan. Mulai dari melakukan pendaftaran secara online dan laun sebagainya. Nantinya, peserta yang lolos seleksi akan mengikuti training selama 10 hari. Kemudian pada hari ke 11 akan dilakukan tanda tangan kontrak serta ditempatkan di berbagai wilayah yang ditentukan.
Sementara itu, Kepala Bidang Tenaga Kerja Disnaker Kota Batu Suyanto menyatakan, tren yang ada saat ini kebanyakan lulusan sekolah enggan untuk keluar dari Kota Batu. Ini dimungkinkan karena mereka terlalu nyaman berada di Kota Batu. Bahkan para pencari kerja (pencaker) dari kota lain juga menargetkan Kota Batu.
“Dengan adanya kondisi itu, membuat posisi pencaker dari Kota Batu terdesak dengan para pencaker-pencaker dari kota lain. Sedangkan lowongan pekerjaan yang tersedia di Kota Batu juga kebanyakan tak sebanding dan tak sejalan dengan keahlian dan ijazah lulusan sekolah yang ada,” jelas Suyanto.
Dia menambahkan, karena Kota Batu ini kota wisata, kebanyakan lowongan kerja yang ada di bidang perhotelan dan dunia pariwisata. Padahal angka lulusan terbanyak di Kota Batu ada di bidang pertanian. Sedangkan sektor pertanian lowongan kerjanya lebih sedikit.
Menurutnya, naiknya angka pengangguran di Kota Batu bukan karena lulusan Kota Batu tak ingin bekerja di luar daerah saja. Namun efek pandemi juga menjadi penyebabnya.
“Tercatat para pendaftar kartu pra kerja tahun 2020 dan 2021 lalu, rata-rata pendaftar tersebut merupakan karyawan yang ter-PHK imbas efisiensi pegawai, karena adanya Covid-19. Sebagian besar yang di PHK berasal dari pekerja di area wisata,” tandasnya. (Ananto Wibowo)