Malang Post – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), membantu peternak sapi yang menghadapi virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Dengan mengirimkan tim satgas PMK ke beberapa daerah, salah satunya ke Desa Jeru, Kecamatan Tumpang pada Senin (11/7).
Puluhan warga Jeru yang bermata pencaharian sebagai peternak sapi, mengikuti penyuluhan tersebut sampai akhir dan berkonsultasi.
Tim Satgas PMK UMM, Ali Mahmud, S.Pt. M.Pt. meminta agar para peternak tidak merasa panik. Wabah ini tidak hanya menyerang Malang, tapi seluruh daerah di Indonesia. “Saya juga punya sanak saudara dan kerabat yang sapinya sakit hingga akhirnya mati,” katanya.
“Momen ini memang berat, tapi ada beberapa langkah yang bisa bapak ibu lakukan untuk mengantisipasi dan merawat hewan ternak yang terjangkit PMK,” tegasnya.
Ali, sapaan akrabnya menuturkan, ada empat langkah yang bisa dilakukan oleh para peternak. Dimulai dengan deteksi mandiri.
Menurutnya, ada beberapa ciri jika sapi sudah terkena virus PMK. Yakni air liur yang berlebihan, matanya lesu, pupil kurang baik karena tidak mau minum dan akhirnya dehidrasi.
Peternak juga bisa memperhatikan bau yang ada di kandang. Karena sapi yang terkena PMK memiliki bau yang khas.
Kemudian, langkah kedua yakni dengan penanganan dehidrasi dengan mencekoki cairan. Bisa juga dengan dicontang atau digelonggong. Pun dengan pemberian betadine atau obat biru di mulut sapi yang sakit, serta mengobati kuku-kuku sapi yang terluka.
Menurutnya, merawat sapi yang sakit PMK memang harus dilakukan dengan telaten dan rutin.“Paling tidak harus sering memberisihkan mulut sapi yang luka atau penuh nanah.
Bisa menggunakan campuran bahan-bahan alami. Seperti air rebusan daun sirih. Kalau memiliki akses ke obat-obatan, bapak ibu juga bisa memberikan obat yang sesuai.”
“Lalu langkah selanjutnya yakni penanganan medis dan membentuk tim kecil agar lebih mudah merawat sapi-sapi yang sakit,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, M.S. juga menjelaskan, PMK merupakan salah satu penyakit ternak yang ganas dan mudah menular. Tetapi peternak tidak perlu khawatir karena PMK nyatanya bisa disembuhkan. Namun pengobatannya tidak bisa hanya dilakukan sekali.
Lili mengatakan, virus PMK tidak tahan dengan asam, maka peternak bisa memberikan vitamin C. Virus itu juga tidak tahan basa sehingga bisa menyemprotkan air garam ke mulut dan kuku yang luka.
“Bapak dan ibu bisa menggunakan bahan-bahan yang ada di rumah atau yang mudah didapat. Tetapi paling tidak sudah punya persediaan desinfektan dan vitamin,” tambahnya.
Lili juga memberikan cara membuat desinfektan alami. Yakni dengan menggunakan daun sirih atau juga daun buah ceri. Berdasarkan pengamatannnya, dua bahan alami ini bisa digunakan dengan baik sebagai desinfektan alami.
“Nanti jika ada proses vaksinasi, bapak dan ibu jangan menolak. Vaksin akan membuat ternak kita lebih kuat dan memiliki antibodi. Kita juga bisa meningkatkannya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada ternak yang kita miliki,” tambah Lili.
Kepala Desa Jeru, Ahmad Saiful Hadi, berterimakasih karena UMM mau datang dan memberikan penyuluhan. Selama ini, belum ada yang memberikan penjelasan rinci tentang virus PMK cara-cara mandiri menanganinya.
“Sejauh yang saya tahu, di desa sekitar juga belum ada penyuluhan semacam ini. Tentu ini sangat membantu para peternak sapi yang kebingungan dan awam tentang cara penanganan sapi terjangkit PMK,” tambahnya.
Ia berharap para peternak sapi di Jeru bisa memanfaatkan pertemuan ini dengan maksimal. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat membantu mereka dalam mengatasi virus PMK.
“Semoga agenda ini menjadi awal upaya dalam mengatasi virus PMK di Tumpang, utamanya Desa Jeru. Mungkin nanti pihak UMM bisa mengirimkan tim dokter atau juga mahasiswa dalam membantu peternak merawat dan menjaga kondisi sapi agar bisa lebih prima dan sehat. pungkasnya. (M abd Rahman Rozzi)