Da’i dan tokoh milenial NU, KH Miftah Maulana atau yang sering di sapa Gus Miftah hadir di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang, Jum’at (27/11/2020) –hari ini.
Pada kesempatan ini, Gus Miftah akan mengisi materi. Agenda bertajuk: Milenial Sinau Bareng Gus Miftah.
Temanya: Sumbangsih Milenial Merawat Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Bertempat di Griya Bina Lawang, mulai pukul 15.00.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Gus Miftah Maulana Habiburrahman menyampaikan: Sesama umat beragama agar tidak saling membenci. Jangan Saling menjatuhkan.
Tetapi harus saling menghargai dan menghormati. Meskipun ada pendapat yang berbeda. Itu wajar. Sunatullah.
Jika ada pihak yang menganggap Pancasila tidak cocok dengan Indonesia. Apalagi ingin mengganti ideologi itu.
Artinya, mereka tidak menghargai para pahlawan bangsa dan kyai. Karena mereka yang berjuang merumuskan dan membuat dasar negara.
Soal anggapan bahwa ada perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, menurutnya itu salah.
Publik telah salah paham. Dua organisasi keagamaan ini saling berhadapan, merupakan anggapan yang salah.
Karena kedua tokoh pendiri ormas Islam terbesar Indonesia itu, merupakan satu keturunan dan satu perguruan.
Gus Miftah menegaskan. Kedua organisasi Islam tersebut memiliki referensi dan acuan Islam yang sama. Karena kedua pendirinya, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari pendiri NU mempunyai guru yang sama. Yaitu, Syeikh Ahmad Khathib Al-Minankabawi.
NU dan Muhammadiyah, sebetulnya banyak memiliki kesamaan. Jika ada perbedaan janganlah kemudian dijadikan sumber perpecahan.
NU dan Muhammadiyah memiliki tugas untuk mempererat kesatuan dan persatuan bangsa. Kedua organisasi ini, adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yang masih menjaga Pancasila dan NKRI.
Gus Miftah berharap, konsep toleransi bangsa saat ini, harus terus digelorakan dan sudah bukan saatnya mempermasalahlan perbedaan. (Joffa Safik-Januar Triwahyudi)