Malang – Tak hanya di Kota Malang yang ada sentra keramik dan gerabah. Di Kabupaten Malang ternyata juga ada. Yaitu di Kampung Getaan, Desa/Kecamatan Pagelaran.
Sejak tahun 1960 an dan puncaknya tahun 2000, Kampung Getaan dikenal sebagai sentra perajin gerabah. Lambat launnya jumlah perajinannya terus menurun. Kini tinggal 156 orang perajin gerabah.
Banyak produksi yang dihasilkan. Seperti kendi, pot, bunga, cobek, dan banyak lagi lainnya. Harganya bervariasi mulai dari Rp 2.000 sampai dengan Rp 700.000. Hasil produksi gerabah Getaan indah. Tidak kalah dengan produk-produk gerabah daerah lain. Misal sentra gerabah Bayat, Klaten, Jateng, ataupun Bojonegoro, Jatim.
Merosotnya jumlah perajin gerabah ini menarik perhatian Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM)
untuk membantu lewat program pengabdian, Senin (23/11). Mereka melakukan penataan lingkungan estetis sentra perajin gerabah. Tim ingin merintis tumbuhnya ekowisata kriya gerabah di Getaan.
Para perajin diberi pelatihan selama 6 bulan. Materinya mulai pemetaan potensi, penataan linkungan estetis, dan pembentukan desa wisata. “Selanjutnya dilakukan pelatihan pembuatan dan pemasangan kap lampu,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra UM, Dr Iriaji M.Pd.
Tim terdiri empat orang. Yaitu, Dr. Iriaji M.Pd (ketua), Lisa Sidyawati S.Pd. M.Pd, Abdul Rahman Prasetyo S.Pd. M.Pd, dan Kelik Desta Rahmanto S.Sn, M.Pd (anggota).
“Getaan merupakan kampung gerabah terbesar di Malang Raya. Karena itu sudah sewajibnya kami dari akademisi membantu lebih mengembangkan kampung ini melalui pelatihan-pelatihan. Agar menjadi wisata edukasi gerabah, sehingga dapat mendongkrak ekonomi masyarakat,” ujar Iriaji.
Seorang perajin, Sutrisno, berterimakasih dengan kepedulian UM ini. Widayat, anggota karang taruna sekaligus pokdarwis, juga terkesan dengan kepedulian UM. Dampaknya, kini para pemuda Getaan semangat mengembangkan kembali sentra gerabah.
“Sebelumnya kami prihatin. Pemuda di sini tak ada semangat membuat gerabah. Karena harganya kurang tinggi dan tak ada tujuan penjualannya ke mana. Karena itu, setelah ada pelatihan-pelatihan dari UM, kami semangat lagi. Dengan kreasi-kreasi baru yang mengikuti tren kekinian, kami yakin gerabah Getaan bisa berkembang kembali,” pungkas Widayat.(roz/ekn)