Malang – Mantan striker Arema, Franco Martin Hita Gonzalez, asal Argentina, diam-diam intens memantau aktivitas mantan timnya. Meski sebatas melalui media sosial. Bahkan pada saat trio Argentina, head coach Roberto Mario Carlos Gomez dan pelatih fisik Marcos Gonzales yang sama-sama menyatakan mundur, karena tak mau gajinya terpotong 50 persen pada Liga 1 2020 di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, juga tak luput dari pemantauanya.
Tak hanya itu, Franco Hita, penyerang tim Singo Edan musim 2005 dan 2006, ketika itu menaruh minat tinggi bisa menggantikan posisi yang ditinggalkan Mario Gomez, sebagai pelatih kepala.
Pelatih kelahiran Mendoza, Argentina, 26 Oktober 1978 tersebut, menyatakan siap terbang ke Malang, jika manajemen Arema juga menginginkan tenaganya, membesut Dendi Santoso dan kawan-kawan. Pertimbangan minim jam terbang untuk menukangi tim sekelas Liga 1, manajemen Arema pada akhirnya lebih memililih pelatih asal Brazil, Carlos Carvalho de Oliveira.
‘’Saya sejak lama selalu ikuti perkembangan Arema setiap waktu. Termasuk saat ada pandemi virus corona, ulang tahun tim ini dan juga kertika coach Mario Gomez tinggalkan tim ini,’’ katanya.
‘’Sejak dulu saya selalu ada keinginaann bisa kembali ke Arema. Tapi tidak menjadi pemain lagi, melainkan sebagai pelatih. Saat Liga 1 2020 ini, saya ingin gantikan Mario Gomez. Hanya saja manajemen Arema masih belum inginkan saya. Tapi saya juga harus optimis, suatu saat kelak tim Singo Edan pelatihnya saya. Apalagi saya sudah ada lisensi Pro Conmebol. Sama dengan Pro AFC,’’ ujar Franco Hita, kepada DI’s Way Malang Post via pesan WhattsApp-nya.
Torehan prestasi spektakuler Franco Hita bersama Arema, di bawah kendali pelatih Benny Dolo, meraih gelar juara Copa Dji Sam Soe (Piala Indonesia) musim 2005 dan 2006. Copa Dji Sam Soe Tahun 2005 dia memperkuat Arema, bersama legiun asing lainnya. Claudio Barcelos de Jesus (Brazil), Joao Carlos Quintao dos Santos (Brazil), Francis Yonga (Kamerun) dan Serge Emaleu Ngomgoue (Kamerun). Di final mengalahkan Persija Jakarta 4-3 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta dan mencetak satu gol.
Begitu juga pada Copa Dji Sam Soe 2006, Franco Hita bersama Joao Carlos Quintao dos Santos (Brazil), Claudio Barcelos de Jesus (Brazil), Andela Atangana Guy De Marie (Kamerun), Serge Emaleu Ngomgoue (Kamerun), dan Anthony Jomah Ballah (Liberia) juga meraih juara. Pada babak final tanggal 16 September 2006, di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo mengalahkan Persipura Jayapura 2-0.
Selama bermain di Indonesia, Franco Hita juga pernah membela Persema Malang, Mitra Kukar dan Persela Lamongan. Setelah gantung sepatu, sebagai pemain dia kini telah memiliki lisensi kepelatihan PRO CONMEBOL license (CSF atau Confederacion Sudamericana de Futbol) dari Konfederasi Sepak bola Amerika Selatan.
‘’Semua negara di dunia juga sedang ada pandemi virus corona. Termasuk di Argentina dan Brasil yang cukup parah dan Indonesia. Saya juga tahu ada regulasi baru PSSI (SKEP/53/VI/2020 dan SKEP/48/III/2020, Red.), dan kompetisi berhenti lama sekali. Saya pikir itu hal wajar di saat masa pandemi ini. Kesehatan dan nyawa jauh lebih penting. Tapi saya berharap tahun depan Covid-19 sudah hilang. Semoga juga saya bisa latih Arema. Do’akanya,’’ katanya. (act/rdt)