Malang Post – Prof Dr Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI menyampaikan. Pada waktunya, mahasiswa harus meninggalkan kampus dan berkiprah di masyarakat. Ini merupakan fenomena yang pasti terjadi. Menurutnya, UMM sudah memberikan bekal yang cukup bagi mahasiswanya. Untuk mengarungi dan menghadapi dunia yang sebenarnya.
“Satu di antaranya adalah pengalaman belajar. Bagaimana pengabdian para tenaga pengajar dalam mencerdaskan para mahasiswa. Begitupun dengan fasilitas belajar yang memiliki andil besar dalam pembentukan aspek akademis dan intelektual,” jelas Muhadjir.
Hal kedua yang UMM berikan adalah, aspek pembentukan karakter. Para mahasiswa dibentuk agar memiliki cara berpikir, sikap serta tindakan berdasarkan standar UMM. Menurut Muhadjir, aspek inilah yang membuat keterserapan para alumni dalam dunia kerja cukup tinggi.
“Tidak hanya untuk mendapatkan kerja. UMM juga memberikan bekal para alumni untuk bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas,” lanjutnya.
Ini disampaikan pada wisuda ke-100 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang kembali digelar Jumat (2/7/2021). Berlokasi di Dome UMM. Selain Prof Dr Muhadjir Effendy juga menghadirkan Kepala LLDIKTi Wilayah VII Jawa Timur, Prof Dr Ir Soeprapto DEA. Sekaligus penutup rangkaian wisuda UMM ke-100 yang digelar kombinasi daring dan luring terbatas.
Muhadjir berpesan pada wisudawan. Agar mengisi malam-malamnya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Berjalan di atas bumi dengan rendah hati, tidak pongah, tidak menyombongkan diri.
“Jika kita dilecehkan, jangan membalas dengan cara yang sama. Tapi doakan mereka agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lupa juga untuk berinfak serta mendekatkan diri pada Allah. Karena jika kita dekat dengan Allah, ia juga akan dekat dengan kita,” pungkas Muhadjir.
Sementara itu, Rektor UMM, Dr Fauzan M.Pd menyampaikan. Para wisudawan telah memiliki bekal secara institusional. Karena telah dilahirkan oleh UMM, kampus yang memperoleh banyak pengakuan internasional. Satu diantaranya dari UniRank, lembaga survei yang berlokasi di Australia. UMM dinobatkan sebagai perguruan tinggi Islam terbaik di dunia.
“Terbaru, kampus putih juga sukses meraih predikat kampus bintang tiga dari lembaga pemeringkatan QS Stars minggu lalu,” terang Fauzan.
Ada dua aspek yang meraih nilai sempurna lima bintang. Salah satunya adalah employability. Ini memiliki peluang strategis bagi wisudawan. Membuktikan bahwa kompetensi dan kemampuan lulusan UMM dapat bersaing di dunia kerja. Baik level nasional, bahkan internasional.
“Artinya modal untuk sukses secara institusional sudah diberikan oleh kampus. Tinggal bagaimana saudara memanfaatkan peluang. Saya yakin, saudara memiliki energi positif yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Teruslah optimis dalam menghadapi fase kehidupan selanjutnya,” tuturnya.
Pada kesempatan sama, Prof Soeprapto menyebutkan dua syarat perguruan tinggi yang bagus. Pertama, dipenuhi atau tidaknya syarat formal. Mencakup sarana prasana, akreditasi bahkan dosen-dosennya. “UMM sudah melebihi itu semua. Jumlah doktornya melimpah, pun profesornya. Akreditasi prodinya juga banyak yang A maupun B,” terangnya.
Kemudian syarat substansial. Bagaimana UMM menjalankan pembelajarannya. Dilihat dari capaian berbagai rekognisi internasional, maka sudah tentu melewati standar tersebut. Soeprapto, panggilan akrabnya juga berpesan. Agar wisudawan terus berpikir kritis. Ditambah kemampuan kreatif menghadapi dunia yang makin dinamis.
Begitupun aspek komunikasi. Wisudawan tidak cukup hanya memiliki kemampuan bahasa Indoensia. Harus ada kemampuan bahasa internasional lainnya. Harus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Tidak hanya terbatas apda teman saja, tapi juga mereka yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Bahkan bangsa lain yang bisa diajak kolaborasi.
“Terakhir, pesan saya. Teruslah memperbaiki moral. UMM sudah sangat cukup membekali wisudawan dalam berbagai aspek ini. Maka, ketika semua aspek ini dimiliki, jalan kesuksesan mudah ditemui,” pungkasnya di akhir sambutan. (yan)