Malang – Para pengemar kuliner berbahan daging ayam, terutama yang menghindari berbagai jenis olahan ayam goreng, pastinya jangan melewatkan destinasi di Kota Malang yang satu ini. Yaitu, warung ayam panggang Pak No di Jalan Yulius Usman No 27 A. Menu warung ini memiliki cita rasa kuliner keluarga secara turun temurun sejak tahun 1969. Pastinya cocok bagi yang ingin hidup sehat dan menghindari makanan gorengan.
Penggunaan ayam kampung muda yang diungkep dengan bumbu rujak, dimarinasi dan dibakar di atas tungku menggunakan arang, membuat tekstur daging ayam menjadi lebih lembut dan empuk. Bumbunya meresap sampai ke dalam daging ayam dan mudah dikunyah, sehingga nikmat saat disantap.
Hal inilah yang membedakan dengan ayam panggang pada umumnya. Karena itu, tak heran warung ayam panggang Pak No yang buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB pagi itu hampir tidak pernah sepi pengunjung.
Pemilik warung ayam panggang Pak No, Bambang Harsono, mengungkapkan bahwa dalam membuat resep ayam panggang tidak ada yang spesial. Hanya saja ada beberapa teknik yang dilakukan, agar ayam menjadi lebih empuk dan enak untuk dimakan. Apabila ayam panggang pada umumnya, jika sudah dingin akan menjadi keras dan mengalami perubahan cita rasa, tetapi ayam panggang miliknya tetap lembut meski sudah dingin, dan hanya perlu memanasi dengan menggunakan teflon untuk menikmati kembali ayam panggang.
Bambang mengakui, usaha yang diawali orangtua dan kini dikelola bersama dua adiknya ini, sempat mengalami pasang surut. Mulai dari pengusuran tempat usaha, hingga penurunan omzet yang mencapai titik terendah saat adanya wabah flu burung yang marak di tanah air beberapa waktu lalu. Sementara di masa pandemi Covid-19 seperti ini, usaha warung ayam panggang Pak No hampir tidak terlihat pengaruhnya. Karena banyaknya pelanggan setia yang tetap datang menikmati.
“Biasanya perhari bisa menghabiskan 75 ekor ayam. Namun, saat virus H5N1 (flu burung) menyerang tanah air, sekira tahun 2015-2017, yang terjual tidak sampai 7 ekor karena banyak yang takut makan unggas”. Tegas Bambang Harsono.
Untuk menu yang ditawarkan juga sedikit mengalami perubahan. Kalau sebelumnya terdapat bakmi, nasi goreng dan mawut, kini hanya berfokus ke penjualan ayam panggang, seperti dada, paha, dan sayap ayam, ditambah kepala ayam, ceker dan ati ampela yang ditusuk menjadi sate. Semua menu bisa dinikmati dengan sepiring nasi plus pedasnya sambal kecap khas warung ayam panggang Pak No.
Salah seorang pengunjung Siska mengungkapkan, selain harganya yang cukup terjangkau, kepala ayam dan ati ampela panggang merupakan menu favoritnya bersama suami, sehingga hampir setiap minggu dia bersama keluarga mengunjungi warung ini. (Zia/ekn)