Malang – Membahas proses penciptaan manusia, selalu menarik. Apalagi jika memadukan dua paradigma, yaitu agama dan ilmu pengetahuan.
Mencari titik temu antara dua paradigma ini, bisa menjadi kajian yang menambah ilmu. Apalagi jika dikaitkan dengan teori evolusi manusia.
Kali ini kajian yang dilakukan didasarkan pada agama dan medis. Ini menjadi bahan kajian bulanan Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Tema besarnya, mengkaji perpaduan proses penciptaan manusia secara agama dan medis. Judulnya: Membaca Lebih Dekat Asal-muasal Manusia.
Kajian kemarin ini, menghadirkan pemateri dokter RSU UMM dr Thontowi Djauhari NS M.Kes.
Tomi, sapaan akrabnya menjelaskan proses penciptaan manusia. Bahwa sudah disebutkan dalam Al Quran surat Al-Mukminun Ayat 12-14.
Ia menguraikan ayat tersebut. Memiliki arti: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati berupa tanah, kemudian saripati tersebut kami jadikan nutfah yang tersimpan di tempat kokoh. Lalu nutfah menjadi alaqoh dan menjadi mudghoh. Kemudian mudghoh tersebut menjadi tulang belulang. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
“Fase-fase tersebut, sama seperti pembentukan manusia dalam medis. Dalam bahasa Arab, alaqoh berarti lintah atau segumpal darah. Pada masa awal bentuk embrio itu seperti lintah,” jelas Tomi.
“Pada masa perkembangan embrio, gumpalan-gumpalan darah tersebut menyatu. Kemudian menjadi segumpal daging. Di sinilah tahap mudghoh dimulai. Janin tersebut terus berkembang memiliki tulang dan daging. Lalu sampailah pada tahap sang ibu melahirkan,” urainya.
Menyambung penjelasannya, Tomi kembali mengutip Al Quran surat Al-Isra’ ayat 36: Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.
“Urutan ini unik dan penting. Karena sesuai dengan jalannya indera pada bayi. Ketika janin melewati masa mudghoh dan sampai pada fase fetal. Hal pertama yang terbentuk adalah telinga. Bayi bisa mendengar,” lanjutnya.
“Lalu diikuti dengan terbentuknya mata yang akan berfungsi empat minggu setelah dilahirkan. Setelah bisa melihat, bayi akan mulai memakai perasaannya untuk berfikir,” ungkap Tomi.
Ia juga menjabarkan kesesuaian antara apa yang terdapat pada Al Quran dengan ilmu secara medis.
Tomi menutup materinya dengan Al Quran surat At-Tin ayat 4, yang memiliki arti: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Berkaca dari ayat tersebut, Tommy menyampaikan pentingnya melihat dari kedua sudut pandang, dari sisi medis dan agama.
Masyarakat dapat lebih mudah memahami dan saling bertukar informasi.
“Saya berharap dengan perbedaan sudut pandang ini, dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik,” tandasnya. (roz/jan)