DEFENDER: Betinho yang berperan sebagai gelandang bertahan, mampu bermain cantik saat dijamu Persebaya. Sayang dilaga tersebut Arema hanya bisa mencuri satu poin. (Foto: Arema Official)
MALANG POST – Keluar dari kantong Wasit Rio Permana Putra, sembilan kartu kuning dan satu kartu merah. Semuanya untuk pemain Arema.
Kartu merah diterima Matheus Blade di menit ke-65, setelah sebelumnya menit ke-13 dan 65, sudah diganjar kartu kuning.
Tetapi dari banyaknya kartu kuning, beberapa diantaranya justru bukan karena technical fould. Melainkan karena atitude pemain saat di lapangan.
Seperti yang diterima Rifat Narasabessy (menit 45+5), karena menendang bola ketika wasit sudah meniup peluit saat terjadi pelanggaran. Anwar Rifai, juga mendapat kartu kuning karena memprotes keputusan wasit dengan keras.
Termasuk yang menarik, Paulinho atau Paulo Roberto Moccelin, mendapat kartu kuning saat dia sudah tidak lagi bermain.
Menit ke-70, Paulinho ditarik keluar. Digantikan Odivan Koerich. Paulinho mendapat kartu kuning di menit 90+7, karena dianggap melakukan tindakan tidak terpuji. Padahal, laga berakhir di menit 90+5.
Padahal dalam laga pekan ke-13 Super League 2025/2026 itu, kerasnya laga tidak hanya dilakukan pemain Arema. Tuan rumah Persebaya juga kerap melakukan pelanggaran. Hanya saja, cuma tiga kartu kuning yang diberikan Wasit Rio Permana Putra. Masing-masing untuk Gali Freitas (56’), Milos Raickovic (71’) dan Bruno Moreira (80’). Selebihnya aman-aman saja.
Tak heran jika selepas laga, pelatih Arema FC, Marcos Santos, mengaku heran dengan mudahnya pemain-pemain Arema, mendapatkan kartu.
Bahkan hal itu baru dirasakan pelatih asal Brasil tersebut, saat memulai karir kepelatihannya di Indonesia. Sebelumnya saat dia membesut banyak klub di Brasil, Marcos Santos mengaku tidak pernah mengalami hal yang sama.
Marcos sempat menyesalkan kondisi tersebut. Dalam sesi post match press conference, pelatih 46 tahun itu mengaku terganggu dengan banyaknya kartu. Terutama kartu merah yang diberikan untuk Matheus Blade.
Dikeluarkannya pemain bernomor punggung 25 itu, sangat menganggu konsentrasi tim. Termasuk pula menjadikan permainan kolektif yang dilakukan Arema, menjadi buyar dan menyebabkan skuad yang asuhnya gagal meraih tiga poin.
“Kalau saja kami tidak mendapatkan kartu merah, mungkin kami sudah berada di papan atas.”
“Karena jika kita bermain dengan permainan kolektif, setiap kali ada (pemain) yang kurang, sebagian dari permainan akan membuat kita terperangkap pada sebagian taktik dan strategi,” jelas pelatih berisensi Pro Conmebol ini.
Soal kartu merah tersebut, memang selalu menjadi momok bagi Arema. Dalam empat laga terakhir, empat kartu merah diterima pemain Arema.
Dimulai pekan ke-10, saat dikalahkan Borneo FC, dua pemain Arema diusir wasit. Bayu Setiawan dan Julian Guevara.
Lalu pekan ke-12, kembali Julian Guevara kena kartu merah, ketika Arema kalah dari Persija. Padahal, pemain Kolombia itu baru sempat turun ke lapangan, setelah absen di pekan ke-11, karena sanksi kartu merah.
Disusul pekan ke-13, saat dijamu Persebaya, yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Sabtu (22/11/2025), Matheus Blade yang giliran diusir Wasit Rio Permana Putra.
“Kami berusaha untuk mengurangi kartu. Kami juga sudah selalu bicara dengan pemain, tentang mudahnya pemain mendapatkan kartu.”
“Karena tidak pernah terjadi di klub-klub yang saya latih, memiliki banyak pemain yang terkena kartu merah di setiap permainan. Jadi, ini agak sulit.”
“Namun, saya percaya pada pemain saya. Saya percaya akan ada solusi. Saya tahu mereka akan melakukan pembenahan,” tegas Marcos Santos.
Disebutkan juga, pertandingan lawan Persebaya memang agak sulit. Namun, Marcos Santos syukurlah karena masih bisa meraih satu poin dengan hanya bermain 10 pemain.
“Menghadapi Persebaya adalah permainan yang sulit, karena ini adalah laga klasik.”
“Permainan ini menghubungkan banyak hal dan banyak perasaan. Mulai dari awal sampai pertandingan terakhir.”
“Tetapi Arema memiliki permainan yang baik. Sekali pun dalam pertandingan klasik ini, atmosfernya sangat sulit jika bermain di kandang Persebaya,” sebutnya. (Ra Indrata)




