Ilustrasi orang dengan gangguan jiwa. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Jumlah warga Kota Batu yang menderita gangguan jiwa melonjak tajam. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu mencatatkan kenaikan 267 kasus, dari 891 penderita pada 2024 menjadi 1.158 penderita sepanjang Januari-September tahun ini.
Angka peningkatannya cukup mengkhawatirkan, mencapai 29,7 persen. Lonjakan ini terungkap dari hasil skrining rutin yang difokuskan pada kelompok usia produktif, 15-59 tahun.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, dr. Susana Indahwati membeberkan, ada empat jenis gangguan jiwa yang paling banyak diderita. Paling mencolok adalah peningkatan drastis pada penderita skizofrenia dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
“Skizofrenia, misalnya, melesat dari 391 penderita tahun lalu menjadi 727 penderita tahun ini. Sementara ODGJ naik dari 377 menjadi 403 penderita,” tutur Susan, Senin (10/11/2025).
Namun, di balik tren kenaikan yang signifikan, ada secercah kabar baik. Dua jenis gangguan jiwa justru menunjukkan penurunan. Kasus depresi anjlok dari 70 penderita tahun lalu menjadi hanya 26 tahun ini. Penurunan serupa juga terjadi pada gangguan psikotik, dari 7 penderita menjadi hanya 2 orang.
Menurut Susan, peningkatan ini dipicu oleh dua faktor utama yakni, biologis dan sosial. Faktor biologis biasanya berasal dari riwayat keluarga atau kelainan pada otak. Sementara faktor sosial lebih kompleks, bisa bermula dari masalah pribadi, keluarga, lingkungan, bahkan trauma masa kecil.
“Termasuk karena trauma masa kecil,” imbuh Susana.
Menyikapi hal ini, Dinkes Kota Batu getol melakukan skrining kesehatan jiwa rutin setiap tahun. Tujuannya untuk deteksi dini. “Sebab, gangguan jiwa butuh penanganan yang cepat dan tepat. Semakin lambat penanganan maka makin lama pula penyembuhannya,” tegas Susan.
Penanganan yang dimaksud meliputi konsultasi dan pendampingan oleh konselor profesional untuk mendiagnosa jenis gangguannya. Dengan diagnosis yang tepat, intervensi dan pemberian obat-obatan pun bisa lebih terarah.
“Konsumsi obat penting dilakukan untuk beberapa jenis gangguan jiwa, khususnya depresi. Obat yang tepat bisa membantu mereka mengontrol diri dari perbuatan yang bisa melukai diri sendiri dan orang lain, termasuk mencegah tindakan bunuh diri,” papar Susan.
Ia juga menekankan peran vital lingkungan dan keluarga. Kondisi yang kondusif dan suportif dapat mempercepat proses pemulihan.
Untuk gangguan jiwa ringan seperti kecemasan, kata dia, masih bisa ditangani mandiri selama penderita mampu mengontrol diri. Namun, ia menegaskan gangguan jiwa tidak bisa sembuh total. Hanya bisa dikontrol oleh diri sendiri saja.
“Hal ini menjadi peringatan, betapa kompleksnya persoalan kesehatan jiwa dan pentingnya kesadaran bersama untuk mengatasinya,” tutup Susan. (Ananto Wibowo)




