Para penyandang Disabilitas dan orang tuanya bersama PPKJT - Langkah Kecil Celina. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Dalam peringatan Hari Kebudayaan Nasional 2025, lahir sebuah inisiatif kolaboratif yang penuh makna. Sinergi antara Komunitas Langkah Kecil Celina (Langkah Kecil Celina) dan Komunitas Belajar Bareng Faiz (BBF) Malang menghadirkan acara bertajuk “Melangkah Bersama dalam Harmoni Pelangi.”
Gagasan acara ini dirancang sebagai sesi advokasi yang memadukan pembelajaran membatik dengan upaya inklusi sosial. Tujuan utamanya adalah menunjukkan bahwa budaya lokal bisa menjadi wahana persahabatan, empati, dan peluang bagi penyandang disabilitas untuk berkarya bersama tanpa hambatan.
Kolaborasi ini menegaskan bahwa pelestarian budaya sejalan dengan perjuangan hak-hak penyandang disabilitas, serta menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dapat menjadi media untuk memperluas kesempatan bagi semua orang, terutama generasi muda yang peduli pada kesejahteraan sosial dan warisan budaya kota Malang.
Langkah Kecil Celina sendiri adalah sebuah kegiatan advokasi yang telah berlangsung dua tahun. Dipimpin oleh Celina Cahya Pratista, seorang siswi SMA Negeri 9 Malang berusia 15 tahun, Celina dikenal luas sebagai Puteri Kebudayaan Remaja Indonesia – Best Advokasi 2025 dan saat ini menjabat Putri Kebudayaan Remaja Jawa Timur 2025. Inisiatifnya berfokus pada pelestarian budaya melalui pendekatan inklusif yang menempatkan hak-hak penyandang disabilitas sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya kota Malang.
Sedangkan Komunitas BBF Malang, merupakan wadah inspiratif yang didirikan Faiz Sofyan Nur Rahman, seorang penyandang Down Syndrome berusia 7 tahun. Bekerja sama dengan ibunya, Sri Rahayu, seorang penyandang ADHD berusia 49 tahun. BBF menjadi laboratorium bagi pengembangan budaya melalui partisipasi aktif para penyandang disabilitas, terutama dalam aktivitas batik yang kolaboratif.

Celina, orang tua dan penyandang disabilitas saat proses membatik. (Foto: Istimewa)
Sementara itu, Putra Putri Kebudayaan Jawa Timur 2025 (PPKJT) yang merupakan perwakilan generasi muda juga turut hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan. Mereka menegaskan dukungan lintas generasi terhadap pelestarian budaya serta penerapan nilai inklusif dalam kehidupan komunitas Malang.
Tema besar Harmoni Pelangi menjadi benang merah acara, disampaikan melalui teknik batik yang beragam. Batik cap, batik tulis, dan batik ciprat. Proses pembuatan batik dilakukan secara gotong royong antara penyandang disabilitas, orang tua pendamping dan perwakilan budaya PPKJT. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya hasil karya, tetapi juga menegaskan bahwa keragaman adalah kekuatan yang memperindah budaya.
Kegiatan membatik ditempatkan dalam kerangka advokasi yang memfasilitasi pembelajaran langsung bagi penyandang disabilitas. Ini adalah contoh konkret bagaimana pelestarian budaya tidak bisa dipisahkan dari upaya memperluas akses dan peluang bagi semua individu untuk terlibat dalam proses kreatif. Para peserta belajar mengenai motif batik, teknik ciprat warna, serta nilai-nilai kebersamaan yang tercermin lewat kerja sama lintas kelompok.
Sekitar 15 penyandang disabilitas hadir dalam acara ini, didampingi oleh pendamping yang sigap dan penuh empati. Kehadiran Putra Putri Kebudayaan Jawa Timur 2025 (PPKJT) turut memperkaya suasana dan menegaskan dukungan nyata dari generasi muda pelestari budaya kota Malang.
Kolaborasi ini menunjukkan antusiasme tinggi saat mengerjakan pola-pola batik dan cipratan warna. Prosesnya dijalankan dengan pendekatan sabar, terukur, dan penuh hormat, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya, belajar, dan melestarikan budaya yang kaya.
Terakhir, Sri Rahayu, pendiri BBF, menyampaikan rasa syukur atas inisiatif Langkah Kecil Celina. Ia menegaskan bahwa inti kolaborasi ini adalah dukungan generasi muda terhadap budaya dan inklusi. “Ini adalah bentuk dukungan nyata dari generasi muda Kota Malang.” (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




