MALANG POST – Suasana halaman Kantor Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, berubah total. Meja-meja kayu jadul, lampu sentir, perabot lawas dan aroma jajanan tradisional membawa siapa pun yang datang seolah melangkah mundur ke masa lalu.
Itulah ‘Junrejo Tempo Doeloe 2025’, pameran UMKM bernuansa nostalgia yang jadi bagian dari peringatan HUT ke-24 Kota Batu. Kegiatan yang berlangsung dua hari, Kamis–Jumat (9–10/10/2025), ini bukan sekadar pesta rakyat. Tapi juga wadah untuk mengangkat semangat guyub rukun sekaligus menumbuhkan ekonomi warga lewat pengembangan UMKM dan pelestarian budaya lokal.
Camat Junrejo, Parman menyatakan, kegiatan ini merupakan hasil kesepakatan bersama seluruh kepala desa dan lurah se-Kecamatan Junrejo. Pihaknya ingin menghadirkan suasana tempo dulu yang sarat nilai kebersamaan dan gotong royong, sekaligus mempromosikan produk UMKM warga.
Setiap stan pameran dikemas seperti rumah kampung masa lalu. Ada dapur tradisional, perabot kayu, hingga tungku tanah liat. Begitu pengunjung masuk, aroma legit tape ketan dan kue ganyong langsung menyambut.
Stan Desa Pendem menampilkan aneka panganan nostalgia seperti kue ganyong, tape ketan, hingga keripik kulit singkong. Desa Beji datang dengan inovasi sehat mie sayur kulit kedelai.
Stan Mojorejo tak kalah menggoda dengan abon ayam diensya, kacang ijo kress, hingga bumbu pecel satole. Kelurahan Dadaprejo menyajikan serabi suro, peyek beluntas dan kunier asem yang bikin penasaran pengunjung muda.

Desa Junrejo menghadirkan jenang seruntul, samiler, jipang, hingga gulo kacang, sementara Desa Tlekung menutup dengan manis lewat jenang srikandi, donat jadul, dan stik rasa susu sapi.
“Tidak hanya dipamerkan, proses pembuatannya juga disimulasikan langsung di dalam stan, jadi pengunjung bisa melihat dan belajar cara membuatnya,” kata Parman.
Tak hanya pameran kuliner, suasana nostalgia makin lengkap dengan Festival Budaya Guyub Rukun Sedoyo Sae. Panggung di tengah arena jadi pusat perhatian saat para seniman lokal tampil membawakan Tari Anggrak, Tari Sanduk, Tari Remo, Tari Gembang Dele, hingga Tari Gugur Gunung.
Ada pula penampilan Karawitan Sekar Endah Laras, Kentrung Pethung Thung, hingga dolanan anak seperti membuat mainan dari daun dan merakit wayang mendong.
Di sela acara, digelar pula Parade Batik Desa, lomba Senam New Perwosi dan Lomba Pintar Kelola Sampah. Momen spesial ini turut dibersamai dengan launching Batik Guyub Rukun versi 2, simbol persatuan dan kebersamaan warga Junrejo.

SUASANA JADUL: Junrejo Tempo Doeloe 2025 menghadirkan suasana jadul di Kecamatan Junrejo dengan penampilan stand UMKM dan budaya lokal. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Menurut Parman, acara ini bukan sekadar hiburan tahunan. Tapi juga bentuk nyata dukungan Pemkot Batu terhadap pelaku UMKM agar semakin berkembang dan dikenal luas.
“Produk-produk UMKM ini rutin kami libatkan dalam kegiatan resmi seperti rapat kelembagaan. Jadi, ekonomi warga ikut bergerak,” ujarnya.
Sementara, Wali Kota Batu, Nurochman turut memberi apresiasi tinggi. Menurutnya, konsep tempo dulu yang diusung bukan hanya menarik, tapi juga memiliki nilai edukatif dan ekonomi.
“Dengan pameran UMKM bernuansa nostalgia seperti ini, pengunjung diajak bernostalgia ke masa lalu, menikmati jajanan desa, sekaligus mengenal potensi ekonomi lokal,” kata Cak Nur.
Ia menilai, kegiatan semacam ini bisa menjadi model event wisata budaya khas Junrejo yang layak dikembangkan. “Dekorasi tempo dulu, kesenian tradisional dan produk UMKM lokal berpadu sempurna. Ini bukan hanya pameran, tapi pesta budaya dan ekonomi rakyat,” tuturnya.
Junrejo Tempo Doeloe 2025 berhasil menjadi magnet baru bagi warga dan wisatawan yang ingin merasakan nuansa masa lalu di tengah Kota Wisata Batu yang kian modern. Di balik suasana nostalgia itu, turut tersimpan pesan kuat budaya lokal tak sekadar dikenang, tapi juga dijaga dan dijadikan sumber kekuatan ekonomi.
“Guyub rukun bukan hanya slogan. Ini semangat untuk membangun Junrejo yang mandiri, kreatif, dan tetap berakar pada tradisi,” tutupnya. (Ananto Wibowo)




