
MALANG POST – Ada suasana berbeda di halaman Balaikota Among Tani. Apel rutin awal pekan lalu berubah menjadi momen penuh haru dan penghormatan. Bukan karena ada tamu besar atau upacara kenegaraan. Tapi karena sembilan orang abdi negara berpamitan secara resmi, hangat dan penuh makna.
Mereka bukan siapa-siapa di layar televisi. Tak pula viral di media sosial. Tapi merekalah pondasi senyap di balik roda pemerintahan. Para ASN yang selama puluhan tahun setia melayani.
Pagi itu, mereka dilepas secara langsung oleh Wali Kota Batu, Nurochman bersama Wakil Wali Kota Heli Suyanto. Bukan sekadar pamitan, tapi sebuah upacara kecil yang sarat makna, penyerahan penghargaan purna tugas.
Sembilan nama dipanggil satu per satu. Di hadapan barisan ASN lain, mereka melangkah maju. Ada Edy Suprapto, Syarif Pehang, Ninit Catur, Myke Iriana, Saiful Mustajab, Sri Atminingsih, Kurniati, Sri Yunani dan Joko Hadi Winarto.
Wajah mereka tenang, tapi mata beberapa terlihat berkaca-kaca. Di tangan, piagam penghargaan. Di dada, rasa bangga. Sebab penghargaan itu bukan hanya soal masa kerja yang telah rampung. Tapi tentang pengakuan, bahwa dedikasi mereka tak pernah dianggap remeh.
“Terima kasih yang setulus-tulusnya,” tutur Cak Nur sapaan Nurochman.

PENGHARGAAN: Wali Kota Batu, Nurochman saat menyerahkan penghargaan kepada para ASN yang telah purna tugas. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Cak Nur menyampaikan sendiri pesan-pesannya. Bukan dengan gaya pidato formal yang kaku, tapi dengan tutur yang hangat. Seperti seorang anak melepas orang tuanya beristirahat setelah bekerja seumur hidup.
“Masa kerja boleh usai, tetapi keteladanan dan semangat pengabdian panjenengan semua akan terus menjadi inspirasi bagi generasi ASN selanjutnya,” ungkapnya.
Tak ada musik pengiring, tak ada spanduk meriah. Tapi kata-kata itu cukup menggetarkan. Karena di era serba cepat seperti sekarang, apresiasi kadang terasa langka. Terlebih untuk mereka yang bekerja di balik meja, jauh dari sorotan kamera.
Ada satu kalimat dari Wali Kota yang seolah menjadi benang merah dari seluruh acara pagi itu. “Purna tugas bukan akhir dari pengabdian, tetapi awal dari babak baru dalam kehidupan,” tambahnya.
Dia menyadari, pensiun sering disalahpahami sebagai selesainya segalanya. Padahal, di usia matang dan dengan pengalaman bertumpuk, para purnatugas bisa tetap berkarya dengan cara berbeda. Di masyarakat, di rumah, di komunitas. Bahkan hanya dengan menjadi teladan.
“Penghargaan terbaik bagi seorang ASN bukan hanya saat berpamitan, tetapi ketika namanya tetap dikenang karena telah melayani dengan hati,” kata Cak Nur.
Bagi sebagian orang, ini hanya apel biasa. Tapi bagi sembilan nama itu dan banyak ASN lain yang menyaksikan, ini adalah pengingat bahwa kerja keras tak sia-sia dan pengabdian selalu menemukan tempatnya sendiri dalam ingatan.
Tak perlu panggung besar. Cukup selembar piagam, satu jabat tangan dan ucapan terima kasih yang tulus, itu sudah cukup membuat seseorang merasa dihargai. Kota Batu, hari itu, telah menunjukkan bahwa dia tahu caranya menghormati mereka yang telah selesai menunaikan tugas. (Ananto Wibowo)