
MALANG POST – Pemkot Batu terus menunjukkan komitmennya dalam menangani permasalahan sampah secara terintegrasi dan berkelanjutan. Salah satunya caranya dengan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta untuk menciptakan kota yang bersih, sehat dan ramah lingkungan.
Dalam upaya mempercepat penyelesaian persoalan sampah di Kota Batu, Wali Kota Nurochman memimpin langsung rapat koordinasi (Rakor) bersama seluruh pimpinan OPD, camat, kepala desa dan jajaran terkait di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung.
Rakor dilakukan di TPA Tlekung bertujuan agar seluruh jajaran pemerintahan dapat melihat secara langsung kondisi pengelolaan sampah yang ada. Rakor tersebut dimulai dengan peninjauan penampungan air lindi, sel big komposter dan sel penampung sampah yang ada di TPA Tlekung.
“Saat ini, satu sel memiliki kapasitas maksimal sekitar 4 ton dan sebagian besar sampah yang masuk berasal dari sektor restoran,” ujarnya, Selasa (10/6/2025).
Cak Nur juga berkeliling meninjau kolam fakultatif dan kolam maturasi yang menjadi bagian dari sistem pengolahan sampah di lokasi tersebut. Setelah melihat seluruh kondisi TPA Tlekung, dia menegaskan pentingnya pengolahan sampah dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
“Infrastruktur sebesar apapun tidak akan ada nilainya di masyarakat jika persoalan sampah belum bisa terselesaikan,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Cak Nur juga menyampaikan rancangan pembangunan big komposter dengan kapasitas 24 ton per sel dan akan dibangun sebanyak empat sel. Ini dilakukan sebagai solusi penanganan sampah organik di perkotaan.
“Terima untuk DLH Kota Batu yang telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan proses akselerasi pengolahan sampah,” kata Cak Nur.

MASALAH SAMPAH: Wali Kota Batu, Nurochman saat memimpin langsung rakor bersama jajaran OPD hingga kepala desa di Kota Batu untuk menuntaskan permasalahan sampah. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dia juga menyampaikan, pembangunan big komposter sudah dimulai sejak awal tahun lalu. Dari empat lajur big komposter yang dibangun tersebut, nantinya ditargetkan mampu menampung sampah dari 21 ruas jalan Kota Batu, terutama sampah basah atau sampah organik.
“Ini merupakan salah satu wujud perhatian kami untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Batu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Cak Nur juga menjelaskan perihal big komposter, yang merupakan sebuah sistem berkapasitas besar yang dirancang khusus untuk mengolah sampah organik menjadi kompos.
Perbedaannya dengan komposter rumah tangga biasa adalah ukurannya yang jauh lebih besar dan kemampuannya untuk menampung volume sampah organik yang jauh lebih banyak.
Hadirnya big komposter diharapkan dapat mengurangi volume jumlah sampah organik yang berakhir di TPA, sehingga dapat memperpanjang usia TPA dan mengurangi beban lingkungan. Sekaligus dapat memproduksi kompos berkualitas tinggi yang bisa digunakan untuk pertanian, perkebunan, taman, atau dijual.
Selain itu, big komposter juga dapat mengurai emosi gas rumah kaca. Dengan penguraian sampah organik di TPA secara anaerobik (tanpa oksigen) menghasilkan gas metana (CH4), gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada CO2. Dengan mengolahnya menjadi kompos secara aerobik, emisi metana dapat diminimalisir.
“Big komposter adalah solusi efektif untuk pengelolaan sampah organik dalam skala besar, mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,” tutup Cak Nur. (Ananto Wibowo)