
Duet Walikota Malang, Wahyu Hidayat, bersama Ade d'Kross di Malang Rockestra 2025. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Duet mengasyikan antara Walikota Malang, Wahyu Hidayat, dengan dedengkot d’Kross, Ade Herawanto, tersaji pada gelaran Malang Rockestra 2025. Para penonton pun memberi aplaus untuk penampilan keduanya.
Malang Rockestra 2025 digelar di Gedung Kesenian Gajayana, Kota Malang pada Minggu (4/5/2025) malam. Menghadirkan dua legenda musik rock tanah air Elpamas dan Grassrock.
“Asyiik. Untuk refreshing sambil menghibur penonton yang semua membeli tiket masuk,” ujar Ade d’Kross.
Sam Ade pun, sapaan akrab Ade d’Kross, merasa bangga bisa duet bersama Walikota Wahyu dan Sam Rektor UIBU Malang, Nurcholis Sunuyeko. Mereka melantunkan dua lagu yang dipopulerkan penyanyi Rod Stewart, yakni “I Don’t Want to Talk About It” dan “Sailing”. Mereka diiringi Mix Match Band, sebuah kelompok lintas generasi asal Malang yang membuka Malang Rockestra 2025.
Konser yang mempertemukan dua legenda musik rock Indonesia itu, lanjut Ade, juga sukses membangkitkan atmosfir musik rock di era 1980-an. Ketika itu Malang menjadi barometernya dengan konser-konser Rock di GOR Pulosari.
“Suasana Rockestra 2025 mirip banget dengan konser musik rock di GOR Pulosari di era 1980 an,” ungkap Ade.
Selain dihadiri Walikota Wahyu dan publik rock Malang, konser yang mengusung tagline “Time To Rock Great Again” ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh musik Indonesia. Salah satunya Log Zhelebour, produser dan promotor musik rock yang telah mengawal perjalanan musik rock Indonesia dengan sejumlah festival maupun album musik.
Malam itu Walikota Wahyu duduk di samping Log Zhelebour. Mereka dan penonyon menyimak penampilan Grassrock dan Elpamas, meski tidak sampai tuntas.
Ditemui saat keluar gedung, Walikota Wahyu merasa malam ini mengobati kerinduannya akan sebuah pagelaran musik rock..”Luar biasa!, kita ingin nostalgia kembali ini dengan harapan menjadi momen bangkitnya Malang sebagai barometer rock Indonesia. Ini adalah bagian dari 1.000 event, sehingga harus difasilitasi agar juga terjadi multiplier effect,” ujar Wahyu.
Menurut Wahyu, Gedung Kesenian Gajayana ini memang sangat cocok dijadikan venue musik, mengingat GOR Pulosari, bangunan yang menjadi saksi bisu keangkeran pecinta rock di Malang sejak tahun 1970-an, sudah tidak ada lagi.
“Namun akan kita coba dan koordinasikan dengan berbagai pihak terkait. Akan kita kembangkan sebagai alternatif gedung untuk konser,” jelas Wahyu.
Dikatakan Wahyu, sebelumnya melalui Dinas Pendidikan sebagai penanggungjawab, gedung ini sudah diperbaiki dan dicat kembali. Kursi-kursinya pun sudah kembali bagus.
“Namun masih terbatas, sehingga kekurangannya nanti akan kita tambahkan. Jadi nanti saya akan bicara dengan para musisi ‘model yok opo enake?’ (model seperti apa enaknya) nanti,” ujarnya.
Sementara pimpinan proyek Rockestra, Muhammad Anwar menyampaikan, konser ini adalah sebuah aksi nekat sekaligus proposal hidup.
“Saya sampaikan Pak Wali, bahwa konser ini adalah proposal hidup, artinya tidak semuanya harus dari APBD. Bahwa ada orang-orang swasta, warga asli Malang seperti promotor Hadi Subroto dari Malang Lites, Delta Production punya kenekatan agar Malang harus ‘Great Again’,” tegasnya seperti dilansir dari bacamalang.com.
Pria yang akrab disapa Anwar Mbatu ini menambahkan, malam ini menjadi bukti bahwa Malang memang tempatnya anak-anak rock, seperti tagline “Time To Rock Great Again”. Selain konser penuh penonton dengan tiket sold out, merchandise yang disediakan juga laris manis.
“Konser ini juga memberi dampak secara ekonomi. Sebab, para tenant, baik itu kuliner maupun lainnya, dagangannya juga laris. Tinggal pemerintah nanti menyediakan gedungnya yang lebih bagus lagi. Karena terus terang gedung Gajayana ini agak dipaksakan,” ujar Anwar.
Dikatakan Anwar, konser ini murni investasi sosial dari Malang Lites dan Delta Production, sehingga ke depan ia berharap dapat saling support dengan brand-brand swasta lainnya, agar Malang menjadi barometer rock kembali.
Manajer band Grassrock ini menambahkan, untuk tahun ini memang konsep orkestrasi disajikan untuk Elpamas saja sebagai band penampil utama dengan Daily Orchestra. Sedang Grassrock sebagai pendukung diharapkan dapat tampil dengan konsep yang sama di kesempatan berikutnya.
Menurut pengamatannya konser ini juga mampu menarik minat sebagian penonton dari kalangan muda.
“Yang pasti saya merasa senang, bahwa malam ini nuansa era GOR Pulosari benar-benar tampak, dengan harapan mengobati kerinduan publik rock Malang untuk menikmati musik rock tapi dengan kondisi di era sekarang, yakni bisa sambil duduk, santai, minum kopi serta merasa nyaman,” pungkas Anwar.(Eka Nurcahyo)