
TANGKAPAN LAYAR: Inilah saat-saat atlet binaraga Kabupaten Malang, tengah memasak ayam tiren. Yang terpaksa mereka lakukan, karena tidak memiliki biaya untuk membeli ayam dan daging. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jatim 2025, yang bakal diselenggaran di Malang Raya, pada 28 Juni-5 Juli 2025, kurang dua bulan lagi. Persiapan pun terus digenjot, untuk memenuhi target yang dibebankan pada masing-masing KONI Kabupaten/Kota.
Utamanya persiapan atlet yang akan turun pada 62 cabang olah raga. Berlangsung di venue yang ada di Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu.
Namun di tengah masa persiapan itu, muncul kabar kurang mengenakkan. Yakni adanya atlet yang tidak didukung asupan gizi dengan baik. Alasanya, karena tidak memiliki biaya untuk persiapan TC atlet.
Salah satunya adalah atlet Binaraga yang berada di bawah naungan KONI Kabupaten Malang. Atlet-atlet dengan base camp di Kelurahan/Kecamatan Lawang itu, asupan gizinya benar-benar miris sekali.
Karena tidak ada biaya untuk membeli daging sapi, mereka makan daging ayam potong tiren (mati kemaren) atau ayam yang telah mati sebelum dipotong. Atau juga disebut ayam bangkai. Daging ayam potong yang kondisi sehat, harganya Rp32 ribu perkilogram. Namun jika ayam tiren, harganya hanya Rp100 ribu, untuk tiga karung. Perkarung isinya 30 ekor ayam.
Kata Pelatih Cabang Olahraga (Cabor) Binaraga (KONI) Kabupaten Malang, yang juga Ketua Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Kabupaten Malang, Indra Khusnul, tidak semua daging ayam tiren bisa dimasak semua.
“Karena dari tiga karus ayam tiren tersebut, yang dalam kondisi baik hanya seberat 5 kilogram. Sisanya dalam kondisi busuk,” ungkapnya, kepada awak media.
Dia menegaskan, atlet Binaraga dibawah binaannya, terpaksa makan ayam tiren karena tidak ada pilihan lain. Sebab, untuk membeli daging sapi dan ayam potong, tidak mampu dilakukan lantaran tidak ada biaya.
Padahal untuk Porprov IX Jatim 2025 nantinya, venue Binaraga akan berada di wilayah Kabupaten Malang. Saat ini ada 25 atlet binaraga. Hanya saja yang disiapkan untuk turun di Porprov hanya 12 orang.
Belum ada respon atau perhatian pada atlet Binaraga, baik dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang maupun KONI Kabupaten Malang.
Padahal, lanjut Indra, atlet Binaraga Kabupaten Malang telah mengukir prestasi. Dalam dua kali Porprov Jatim sebelumnya, selalu menjadi juara umum. Seperti Porprov Jember dan Sidoarjo.
Sehingga untuk kembali mengukir prestasi di Porprov Malang Raya, maka atlet harus terpenuhi gizinya.
Sayangnya sampai saat ini, KONI Kabupaten Malang belum memberikan uang saku kepada atlet. Karena anggaran untuk atlet, KONI harus pengajuan dulu ke Dispora Kabupaten Malang, melalui Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA).
“Kami akui, jika makan ayam tiren tidak memenuhi standar kesehatan. Tapi apa boleh buat, ayam titren sebagai solusi untuk memenuhi protein atlet Binaraga,” paparnya.
Menurutnya, anggaran untuk memenuhi gizi atlet Binaraga, per orang butuh satu kilogram daging ayam dan pendukung lainnya.
Seperti beras merah, buah dan suplementasi. Satu orang membutuhkan biaya Rp100 ribu. Sedangkan untuk suplementasi perbulan, dibutuhkan anggaran sebesar Rp3 juta.
Karena tingginya biaya suplemen dan makanan pendukung itulah, yang menjadikan pihaknya tidak mampu memenuhinya.
Selain belum ada pencairan dari KONI, pihaknya juga tidak memiliki bapak asuh yang peduli dengan keberadaan atlet Binaraga.
“Kami memohon kepada Pemkab Malang, untuk memberikan referensi sebagai bapak asuh. Agar atlet Binaraga Kabupaten Malang ini, tetap semangat untuk mengukir prestasi. Karena sudah terbukti dua kali mengikuti Porprov sebagai juara umum,” pungkasnya. (*/Ra Indrata)