
Menteri Ekraf, Teuku Rifky Harsa, bermain game bikinan anggota GDM dari Malang. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
MALANG POST – Namanya GDM. Singkatan dari Game Development Malang (Pengembang Game Malang). Sebuah komunitas ekonomi kreatif (ekraf) pembikin game dari Malang.
Kini member (anggota) GDM yang tergabung di grup WA sekitar 400 orang. Kegiatannya memproduksi game.
Menurut Arie Affianto, anggota GDM, anak-anak SMA dan SMK di Kota Malang antusias sekali terjun ke dunia pembikin game. Mereka bukan bermain. Tetapi bagaimana membikin game dengan tema dan tokoh/karakter yang sangat menarik.
Salah satunya Adelia Misha A, siswi SD Insan Amanah. Dalam 2 tahun terakhir dia berlatih bikin game. Semula dia suka menggambar dan bikin animasi.
Akhirnya dia pun tertarik bikin game. Bahkan, kini Adelia sudah produksi game. Hanya saja game produksinya belum ada yang dijual.
Adelia makin mantap menggeluti pembikin game setelah menyabet kategori favorit dalam event tahunan double global game jam.
Prestasi ini membuat Adelia bangga. Karena pada event ini, mulai developer dan artis kumpul bareng bikin game dalam waktu 48 jam. Saat itu, event digelar di Malang Creative Center (MCC) dengan 150 peserta dari berbagai daerah di Jatim.

Adelia Misha A, siswi SD, didampingi anggota GDM memamerkan game bikinannya. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Kini Adelia telah memproduksi dua jenis game dan sudah empat kali ikut pameran. Termasuk pameran ketika Menteri Ekonomi Kreatif (Ekeaf) /Kepala Badan Ekraf, Teuku Rifky Harsa, berkunjung ke MCC pada 29 April 2025.
Nama karakter game bikinan Adelia adalah Mocchi Mitten. Yaitu, berupa kucing. Game pertama bikinannya diberi judul Meowsquito War, dan yangbkedua Bubble Revenge.
Adelia Misha mengaku senang bisa membikin game. “Cita-citaku jadi pengusaha yang bikin konten dan game,” kata siswi SD yang tinggal di Jl Kendalsari Gg 8, Kota Malang ini.
Selain bikin game, Adelia juga bikin karakter lain di stiker, gantungan kunci, pembatas halaman buku. Karakter itu diberi nama Kawaiifluff. Juga masih bertemakan kucing.
Selain Adelia, Malang Post juga menemui Anisa yang tergabung dalam Roukie Studio. Anisa adalah mahasiswa UM Jurusan Animasi. Dia membikin game dengan karakter Ana dan Bima.
Cara bermainnya, pukul-pukul dengan senjata yang bernama keris. Tiap pemukulan diikuti dengan irama lagu. “Game ini belum dilempar ke pasar. Insha Allah pertengahan tahun ini ke Steam,” jelas Anisa.
Anisa juga mengungkapkan bahwa tahun ini belum mengunggah game bikinnya. Sebelumnya dia sudah meng-upload dua game Fari roukie ke ITCH.OI. Anisa menggeluti bikin game sejak 2024. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bikin game, Anisa menyebut masing-masing game butuh waktu 6 bulan.

Naomi Natasya, mahasiswi Universitas Brawijaya. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Sementara Naomi Anastasya dari Studio Game, Let’s play, membikin game yang salah satunya bernama Kopsis. Singkatan Koperasi Siswa.
Dalam game itu, karakternya sebagai pegawai Kopsis. “Game ini untuk belajar tentang koperasi. Yaitu jual barang-barang dan berinteraksi dengan anak-anak SMA,” jelas Naomi Anastasya, mahasiswa Fakuktas Vokasi UB Jurusan Desain Grafis asal Medan ini.
Game produksi Malang tak hanya beredar di lokal maupun nasional. Tetapi berkelas dunia. Ikut memberi kontribusi pendapatan dari sektor konten dan aplikasi sangat besar. Yaitu sekitar Rp 32 triliun.
Dani, anggota GDM , mengakui para anggotanya memang kreatif dan produktif. Karena itu, tiap bulan selalu ada gathering, diskusi dan pelatihan.
Produksi game dari Malang ini dijual melalui Google Playstore, Steam, IOS Appstore, dan lainnya. Game produksi dari Malang juga pernah meraih Indonesian Game Award.
Berapa hasil jual game dari Malang? Menurut Dani, pendapatan akan tinggi apabila dapat publisher. Yaitu bisa miliaran rupiah. Tetapi, untuk pemula mencapai jutaan rupiah.
Menurut Dani, game produksi dari Malang genrenya macam-macam dan cukup diminati. Seperti Studio Clay, Fairie Afterlight. Genre plat normal. Ada juga Grammarian (genre edukasi), genre honor, casual dan lainnya.
Berapa lama untuk produksi sebuah game, menurut Dani tergantung dari besar kecilnya konten. “Apabila kecil seperti casual, flappy bird, mungkin 3 bulan selesai. Yang besar, biasanya setahun lebih,” pungkasnya. (Eka Nurcahyo)