
MALANG POST – Pengguna Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menunjang program kegiatan pemerintah dirasa cukup penting. Dengan tujuan agar pelayanan kepada masyarakat bisa semakin meningkat.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak saat menjadi salah satu pengisi materi dalam rangkaian Jatim Retreat 2025 di Pusdik Arhanud TNI AD, Kota Batu.
Menurutnya, dengan melibatkan AI, berbagai pekerjaan dapat dilakukan prinsip do better with less. Apalagi penggunaan AI ini sudah memasyarakat sekarang.
“Sudah bukan lagi hal yang teoritis maupun eksklusif. Jangan sampai malah Pemprov ketinggalan. Penggunaan chat GPT malah mengefisienkan proses brain storming, eksplorasi ide, inventarisasi data dan fakta,” ujarnya.
Wagub Emil menambahkan, AI pada pemerintahan memiliki empat peran penting dalam ekosistem kecerdasan buatan. Yaitu sebagai regulator, fasilitator, pemimpin dan pengguna.
“Dengan menyeimbangkan keempat peran AI ini, pemerintah dapat mendorong pengembangan AI yang aman, inovatif dan berpihak pada kepentingan publik,” katanya.

MANFAATKAN AI: Wagub Jatim, Emil Elistianto Dardak saat menjadi pemateri di Jatim Retreat 2025 dan meminta jajaran pemerintahan di Jatim untuk memanfaatkan AI dalam pelayanan masyarakat. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Untuk itu dia mengajak seluruh Kepala Perangkat Daerah Pemprov Jatim untuk menginventarisasi berbagai bidang strategis Pemprov serta fungsi-fungsi AI yang bisa dieksplorasi bersama.
Di Pemprov Jatim sendiri saat ini sudah mulai dilakukan dalam pengolahan data dan analisa kebijakan berbasis data-data yang tidak terstruktur.
“Jadi ini yang kita terbitkan, teknologi kecerdasan buatan. Kita bisa mengekstraksi data-data yang bersumber dari manapun, gambar maupun video dan informasi lain untuk membuat sebuah kebijakan yang lebih luas lagi sumber sumber datanya,” paparnya.
Tidak semata-mata semuanya tergantikan AI, Wagub Emil menegaskan bahwa beberapa jenis pekerjaan tidak bisa digantikan oleh AI. AI disebutnya tidak mengeliminer tanggung jawab dari manusia.
“Tidak bisa disalahkan ke Chat GPT kalau tidak akurat, tidak tepat, tidak bijak. Itu kembali ke individu masing-masing. Maka masih diperlukan human touch, emotional intelegence, empati dan social skills,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, pekerjaan yang sifatnya perbaikan fisik juga tercatat masih membutuhkan tenaga manusia, seperti perbaikan jalan dll.
Oleh sebab itu, diperlukan kebijaksanaan penuh dalam penggunaan AI. Manusia tidak akan kehilangan fungsi maupun pekerjaannya, tetapi akan tergantikan dengan manusia lainnya dengan potensi yang lebih karena dukungan AI.
“AI bukan pengganti kita dalam membuat keputusan. Tetap decision ada di kita. Tapi proses menuju decision kita akan jauh lebih efisien,” ucapnya optimis.
Lebih lanjut, proses digitalisasi diharapkan bisa meningkatkan Labor productivity. Ketika satu orang menggunakan AI, maka bisa mengerjakan lebih banyak dibandingkan yang tidak mengerjakan AI.
“Yang biasanya 2 hari menjadi 2 detik, jauh lebih cepat dan jauh lebih banyak,” tutupnya. (Ananto Wibowo)