
MALANG POST – Masuk dalam daftar jajaran Perguruan Tinggi terekognisi internasional, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar kuliah tamu sebagai mitra program Erasmus+ Teaching Mobility. Terbaru, kampus putih kedatangan Ana-Gabriela Patea, Ph.D Associate Profeesor of Babes-Bolyai University.
Dia berkesempatan mengajar langsung mahasiswa program studi Hubungan Internasional (HI) pada 22 April 2025. Dalam materinya, Ana memaparkan topik mengenai isu-isu keamanan dan kerjasama kontemporer antara Uni Eropa dan Indonesia.
Meski topik yang dipilih tergolong kompleks, namun perkuliahan dikemas fresh and fun secara interaktif dengan diskusi ringan. Wanita asal Romania ini mengawali diskusi dengan pertanyaan dasar tentang ‘Bagaimana hubungan antara Uni Eropa (UE) dan Indonesia?’ dan ‘Kesempatan yang terlewatkan?’
Poin dasar dibalik hubungan diplomasi antara negara-negara Eropa dan Indonesia tak terlepas dari historis keduanya sejak tahun 1949. Hubungan keduanya juga difasilitasi dengan bergabungnya Indonesia dalam keanggotaan Association of South East Asian Nation (ASEAN).
“Sejak saat itu, hubungan Indonesia dan UE berkembang pesat. Hubungan tersebut meliputi kerjasama bidang politik dan keamanan, sosial budaya, serta ekonomi dan perdagangan,” ia menambahkan.
Selain itu, ia juga menjelaskan konsep ‘Natural Partners’ yakni mereka yang memegang nilai-nilai yang sama dan memiliki kepentingan yang sama dalam urusan global. Lantas apakah hubungan UE-Indonesia bisa disebut sebagai ‘Natural Partners’?
Sedangkan, dalam operasionalisasinya terdapat beberapa kontinum kesamaan kepentingan, nilai, dan tujuan bisa dilihat dari berbagai perspektif. Yaitu dukungan terhadap demokrasi, dampak globalisasi, toleransi terhadap orang asing dan etnis minor, serta sikap terhadap lingkungan, pekerjaan, politik dan sebagainya.
Untuk itu, UE-Indonesia memiliki keselarasan sikap dalam menanggapi isu-isu global untuk periode 2004-2024. Menganalisis kondisi saat ini, ia melanjutkan dengan mengidentifikasi beberapa isu dan dilema yang terjadi antara UE-Indonesia.
Belakangan, sikap Indonesia yang memilih untuk menjalin keanggotaan dalam kelompok negara berkembang Brazil, Russia, India, China, and South Africa (BRICS) menjadi salah satu tolok ukur perbedaan kepentingan antara UE-Indonesia.
Terakhir, Ana menyimpulkan hubungan UE-Indonesia lebih kepada sebagai mitra strategis, tidak adanya realitas dari segi politik.
“Di samping itu, posisi konvergen terlihat dari perubahan iklim, kerjasama maritime dan kontraterorisme,” lanjut Ana menutup diskusi.
Adapun agenda tersebut merupakan langkah dan upaya perwujudan cita-cita UMM untuk memfasilitasi para tenaga pendidik luar untuk mengajar dan mendapatkan experience baik akademik maupun dari segi cultural.
Tak hanya bagi tenaga pendidik, Dosen HI UMM Azza Bimantara M.A menyebut forum ini juga bermanfaat besar bagi para mahasiswa.
“Ini juga untuk memberikan exposure kepada mahasiswa bahwa hubungan internasional memerlukan mahasiswa berwawasan dan berpengetahuan luas,” ujar Azza.
Selain itu, forum tersebut juga memiliki benefit besar lainnya dalam medukung mahasiswa untuk bisa mengenal sisi lain dunia yang merupakan objek pembelajaran mereka.
Tentang bagaimana hubungan diplomasi di berbagai negara bekerja, termasuk di Eropa. Ia juga menyebut metode seperti ini adalah salah satu metode paling ideal untuk memperkenalkan eropa, yaitu dengan mendatangkan langsung dosen atau pengajar dari negara atau benua tersebut. (*M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)