
MALANG POST – Merefleksikan sosok Kartini, bisa dilakukan dengan mengaktualisasikan esensi perjuangan masyarakat. Karena perempuan punya peran dan daya yang sama dengan semua masyarakat.
Hal itu disampaikan Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Senin (21/5/2025).
Untuk itu, Kata Mia -panggilan akrab Ketua DPRD- upaya mengaktualisasikannya bisa dimulai dari diri sendiri. Dengan tidak mendiskreditkan diri, kemudian mengeksplorasi potensinya ke masyarakat.
“Salah satu quote dari Bung Karno yang bunyinya: “Perempuan itu Tiang Negara”, yang diartikan perempuan sebagai individu yang kuat. Jika perempuan itu baik, maka negaranya pun akan menjadi baik juga,” kata politisi PDI Perjuangan ini.
Sedangkan bagi Co-Founder Dako Brand & Communication, Danis Kirana, perempuan bukan sekadar pendamping. Tapi juga penggerak ekonomi.
“Emansipasi perempuan tak sekadar soal kesetaraan. Tapi bagaimana perempuan berani mengambil peran dan menyuarakan aspirasi.”
“Banyak perempuan hari ini yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian keluarga, salah satunya dengan membantu suami menambah penghasilan,” sebutnya.
Namun, tambahnya, narasi umum masih sering menyudutkan perempuan seolah hanya menjadi pendamping tidak bisa menjadi penggerak utama.
Danis juga menceritakan pengalamannya dalam mendampingi UMKM. Dia melihat ide bagus datang dari perempuan, khususnya dalam promosi dan inovasi produk.
Sayangnya banyak perempuan merasa takut mengambil langkah karena takut salah.
Sementara itu, dosen sekaligus Peneliti Media dan Gender UNITRI Malang, – Sulih Indra Dewi, S.Sos., MA., menyampaikan, saat ini peringatan Hari Kartini pasti berupa perayaan, pawai dan berkebaya atau berbaju adat.
Padahal, katanya, peringatan Kartini seharusnya sebagai perayaan ide gagasan perjuangan Kartini, yang membuat perempuan bisa berperan dan berpikiran kritis.
“Sehingga ini menjadi tugas bersama. Bagaimana bisa menunjukan esensi perayaan ini dengan mengenalkan pada lingkungan terkecil. Seperti keluarga sampai lingkungan pendidikan, untuk mengenalkan soal kesetaraan peran laki-laki dan perempuan dan mengajarkan anak berpikir kritis,” tegasnya. (Nurul Fitriani/Ra Indrata)