
MALANG POST – Anak jalanan, gelandangan dan pengemis (anjal gepeng) di Kota Batu, selalu mengalami peningkatan saat momen liburan.
Mereka biasaya datang saat musim liburan sekolah, natal, tahun baru dan hari raya. Karenanya, jumlah mereka selalu meningkat saat mendekati momen tersebut.
Hal itu disampaikan Sekretaris Satpol PP Kota Batu, Fariz Pasharella Shahputra, saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (3/21/2025).
Beberapa lokasi yang banyak ditemui anjal gepeng itu, jelasnya, mulai di area Alun-Alun Kota Batu dan beberapa persimpang.
“Dari patroli yang dilakukan Satpol PP, para anjal gepeng ini ada yang sudah sering terjaring dan masih belum jera,” katanya.
Untuk itu, Fariz menegaskan akan memberikan sosialisasi ke masyarakat agar penanganan anjal gepeng bisa efektif. Serta melakukan evaluasi upaya penertiban dan pembinaan bersama stakeholder terkait, salah satunya Dinsos.
Pekerja Sosial Ahli Muda Dinas Sosial Kota Batu, Hartono menambahkan, pihaknya juga rutin melakukan patroli bersama Satpol PP Kota Batu, di beberapa persimpangan dan fasilitas umum. Untuk menghalau adanya anjal gepeng masuk ke Kota Batu.
“Untuk datanya, memang mengalami penurunan jumlah anjal gepeng di Kota Batu. Tahun 2023 tercatat ada 28 anjal gepeng yang berasal dari Batu. Enam lainnya berdomisili luar Kota Batu. Pada 2024, angkanya menurun jadi 21 orang. Rata-rata dari daerah tapal kuda,” jelas Hartono.
Mereka yang terjaring, tambahnya, kalau warga Kota Batu maka akan diberikan treatment rehabilitasi dalam tiga bulan, dengan pendanaan dari APBD.
Jika bukan asal Kota Batu, pihaknya hanya bisa memulangkan dengan mengkomunikasikan dengan Dinsos asalnya untuk rehabilitasi.
Sementara itu, Kaprodi Sosiologi FISIP UMM, Luluk Dwi Kumalasari menyebut, alasan Kota Batu selalu ramai anjal gepeng saat masa liburan, diantaranya karena Kota Batu punya daya tarik sebagai Kota Wisata.
Jadi kalau sudah di branding begitu, saat liburan selain ramai wisatawan, juga pasti akan ramai anjal dan gepeng,” imbuhnya.
Bahkan beberapa dari mereka, tidak jera meski sudah ditindak berkali-kali. Karena mereka sudah adanya mental meminta-minta.
“Selain itu, budaya masyarakat di Indonesia, khususnya Kota Batu, yang suka memberi dengan alasan bersedekah, amal sampai solidaritas,” tegasnya. (Nurul Fitriani/Ra Indrata)