
MALANG POST – Dinas Pendidikan Kota Malang, telah menerima banyak keluhan dan masukan, terkait penyelenggaraan wisuda yang dinilai memberatkan.
Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat beragamnya kondisi ekonomi orang tua siswa. Terutama di tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Hal itu disampaikan anggota Dewan Pendidikan Kota Malang, Hayat, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Jumat (14/3/2025).
“Kegiatan wisuda sebenarnya merupakan kebiasaan yang tidak tertulis dan bukan merupakan kewajiban.”
“Di perguruan tinggi pun, mahasiswa yang tidak mengikuti wisuda tetap resmi menjadi sarjana. Namun kebiasaan ini kemudian disakralkan, sehingga menimbulkan beban tersendiri bagi orang tua siswa,” katanya.
Menurut Hayat, bagi orang tua yang secara ekonomi mampu, biaya wisuda mungkin bukan masalah besar.
Tapi untuk orang tua yang kesulitan membayar SPP dan kebutuhan sekolah sehari-hari, beban tambahan untuk wisuda sangat memberatkan. Apalagi ketika harus mempersiapkan biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Karena alasan-alasan tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, mengeluarkan Surat Edaran (SE) di awal Maret 2025. Terkait pelarangan kegiatan wisuda di jenjang SMA / SMK dan SLB.
Kepala UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (TIKP) Dinas Pendidikan Jawa Timur, Mustakim menyampaikan, ada lima poin penting dalam SE itu. Seperti menghapus istilah wisuda atau purnawiyata dan sekolah tidak boleh menyelenggarakan wisuda di luar sekolah.
“Selain itu, tidak boleh ada paksaan siswa memakai jas atau kebaya. Tidak ada penarikan apapun terkait kegiatan wisuda dan kelulusan dilaksanakan secara sederhana di lingkungan sekolah,” jelasnya.
Mustaqim berpesan, acara kelulusan sekolah bisa dilaksanakan secara sederhana di lingkungan sekolah, tanpa membebani wali murid.
Sementara itu, Komite SMA Negeri 2 Malang, Wahyudin membenarkan, Komite sekolah punya peran penting mensosialisasikan kebijakan baru, terkait wisuda kepada orang tua siswa.
“Sosialisasi biasanya dilakukan pada saat-saat penting. Seperti penerimaan rapor dan hasil uji kompetensi tengah semester,” tandasnya.
Di SMA Negeri 2 Malang, tambah Wahyudin, pelaksanaan wisuda atau purnawiyata dalam beberapa tahun terakhir, telah dilakukan dengan lebih sederhana.
Kegiatan diselenggarakan di lingkungan sekolah, dengan biaya yang jauh lebih rendah. Bahkan sekolah tidak lagi menyewa artis untuk acara pelepasan siswa.
“Fokus acara pelepasan siswa, lebih diarahkan pada pemberian pesan-pesan dari lulusan terbaik untuk memotivasi teman-temannya.”
“Hal ini bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain, dalam mengefisienkan pelaksanaan acara pelepasan siswa,” tandasnya. (Anisa Afisunani/Ra Indrata)