
MALANG POST – Dalam upaya memperkenalkan kekayaan sejarah Malang Raya, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (FIS UM) menerbitkan buku Jejak Sejarah Malang Raya sejak tahun 2020.
Karya ini menjadi panduan penting bagi siapa pun yang ingin memahami perjalanan panjang sejarah Malang.
Karena sejarah bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga fondasi yang membentuk identitas suatu Daerah itu sendiri.
Apalagi Malang Raya merupakan sebuah istilah untuk menyebut wilayah yang terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.
Wilayah Malang Raya ini sepertinya sudah ditakdirkan menjadi pusat peradaban manusia sejak zaman dahulu. Selama berabad-abad peradaban di Malang Raya terus berkembang dan setiap langkah perkembangan tersebut selalu meninggalkan jejak sejarah.
Jejak sejarah di Malang Raya ini tentunya memiliki nilai historis yang tinggi dan harus dilestarikan untuk diwariskan ke generasi yang akan datang.
Jejak-jejak sejarah inilah yang dikupas secara rinci melalui sebuah buku, dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat menjangkau segala golongan.
Ditulis oleh akademisi Departemen Sejarah FIS UM, yaitu Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd., M.Pd., Ulfatun Nafi’ah, S.Pd., M.Pd., Drs. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum., dan Drs. Mudzakir Dwi Cahyono, M.Hum.
Melalui pendekatan akademik yang mendalam, buku ini menyajikan fakta sejarah mulai dari masa Hindu-Buddha, berkembangnya Islam, hingga masa kolonial Belanda.
Bagian pertama buku ini menelusuri peninggalan Hindu-Buddha yang masih terjaga di Malang Raya, seperti candi dan petirtaan (pemandian keluarga kerajaan).
Peninggalan ini bukan sekadar artefak, melainkan simbol kejayaan peradaban masa lalu yang patut dihargai dan dilestarikan.
Selanjutnya, bagian kedua membahas jejak perkembangan Islam di Malang. Perkampungan Arab, masjid-masjid tua, dan pondok pesantren menjadi saksi penyebaran agama ini, yang turut membentuk identitas sosial dan budaya masyarakat hingga kini.
Bagian terakhir membawa pembaca ke masa kolonial, ketika Malang berkembang sebagai kota strategis pemerintahan Belanda. Bangunan bergaya Eropa, seperti Alun-Alun Merdeka dan gereja-gereja tua, menjadi warisan arsitektur yang tetap eksis hingga saat ini.
Lebih dari sekadar dokumentasi sejarah, Jejak Sejarah Malang Raya menegaskan pentingnya pelestarian warisan budaya sebagai tanggung jawab bersama.
Buku ini tidak hanya relevan sebagai referensi akademik, tetapi juga sebagai pengingat bahwa menjaga sejarah adalah bagian dari upaya menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Karya ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pendidikan berkualitas (SDG 4) dan kota serta komunitas yang berkelanjutan (SDG 11).
Memahami sejarah tidak hanya membantu mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)