MALANG POST – Ayah korban penculikan, SLK, warga Pakisaji, sempat menceritakan kronologis yang menimpa putrinya. Anaknya yang masih berusia 14 tahun masihlah sekolah. Sang anak mengenal korban dari seni pertunjukan “mberot Bantengan”.
SLK, menyebut, anaknya pulang pada hari Selasa lalu. Tiga hari belakangan, ia tidak tahu apa yang dialami sang anak. Saat tidak juga pulang, ia segera melapor ke pihak kepolisian. Dari mimik wajahnya, ia masih tampak kesal atas perbuatan pelaku.
Awalnya, korban mengenal pelaku dari seni pertunjukan. “Ceritanya, nonton acara mberot di Blobo Bantengan Kepanjen. Menang kenal lewat tontonan. Diajak ambil hp. Antar pulang dulu. Sampai sana di bawa ke ketapang, cerita SLK.
Setahu ayah korban, dang anak lalu dilukai pisau pelaku di bagian leher. “Pakai pisau. Anak saya Berontak. Leher tergores. Ada rencana mau bunuh anak saya di Kanjuruhan. Di Dampit juga, tapi gak jadi. Lalu dibawa ke Lumajang, ” sebut ayah korban.
Menurut ayah korban, tahu anak tidak pulang ia lapor ke Polres Malang. Dari situlah muncul bantuan polisi. Tiga hari kemudian, korban ditemukan di sebuah rumah kosong daerah Dau Lumajang.
“Anak saya masih syok. Ada bekas pisau di leher, ” ucapnya.
Terpisah diwawancarai, KBO Satuan Reskrim Polres Malang, Ipda Dicka menyebutkan jika perampasan sepeda motor disertai penganiyaan itu masih didalami penyidikannya di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
“Korban trauma. Niatnya awal menyakiti. Karena dendam. Tapi lalu merampas harta korban (motor). Apa yang dilakukan selama 3, hari, baik di Malang atau Lumajang, apakah ada tindakan lain, masih kami dalami, ” ujar Dicka kepada wartawan. (Santoso FN)