MALANG POST – Kunjungan di sekitar Alun-alun Merdeka Kota Malang, semakin tinggi. Hingga berdampak pada kebutuhan lahan parkir yang juga naik.
Sayangnya lahan parkir yang ada di sekitar Alun-alun Merdeka masih terbatas. Hingga menyebabkan parkir sampai memakan badan jalan.
Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk, menegaskan hal tersebut.
Dicontohkan, untuk parkir yang ada di sekitar kantor Pos, sebenarnya kurang sesuai. Tapi karena kondisinya urgent , paling tidak diupayakan tidak sampai mengganggu lalu lintas.
“Masukan-masukan juga sudah diberikan, baik kepada pemilik usaha sekitar Alun-alun, maupun juru parkir yang ada di sekitar Masjid Jami’,” katanya.
Soal wacana revitalisasi Alun-alun, pihaknya juga berharap dipertimbangkan soal ruang parkir. Karena dari beberapa diskusi yang pernah dilakukan, konsep revitalisasi ini tidak mengubah bentuk tapi memperindah saja.
Itu sebabnya, untuk sementara ini dalam mengatasi soal parkir, penggunaan badan jalan masih jadi pilihan. Tapi selalu diupayakan tidak sampai mengakibatkan hambatan lalu lintas. Apalagi ketika ada even di sekitar Alun-alun Merdeka.
“Ketika ada even, kami selalu melakukan monitoring, untuk memastikan parkir yang memang sudah penuh tidak dipaksakan. Karena sering kali ditemukan kondisi seperti ini di lapangan,” tegasnya.
Soal revitalisasi itu sendiri, Kabid RTH DLH Kota Malang, Laode menjelaskan, rencana revitalisasi Alun-alun Merdeka akan menggunakan dana CSR. Saat ini masih dalam proses menentukan pihak CSR. Diharapkan Februari 2025, sudah mulai on progres perbaikan.
“Yang menjadi prioritas dalam revitalisasi ini, pengembangan air mancur zona tengah, perbaikan kursi, area amphitheatre, perbaikan rumput, penambahan fasilitas playground anak, rehabilitasi toilet, sampai ditambahkannya ruang laktasi,” jelasnya.
Laode menambahkan, / butuh waktu 4-5 bulan revitalisasi dilakukan. Saat ini pihak DLH terus mengimbau supaya segera dipercepat penyelesaiannya.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Dito Arief mengingatkan, agar setelah dilakukan revitalisasi, nantinya perawatan berlaka bisa dilakukan.
“Sebenarnya tahun 2015, Alun-alun Merdeka ini pernah dilakukan revitalisasi, dengan dana CSR. Tapi yang disayangkan soal perawatan yang kurang. Sehingga beberapa fasilitas kondisinya rusak,” katanya.
Besaran anggaran revitalisasi itu, tambah Dito, diperkirakan mencapai Rp6 miliar. Diharapkan kesadaran seluruh OPD juga bisa menjadi solusi. Karena persoalan Alun-alun Merdeka bukan hanya satu OPD saja yang bertanggung jawab, tapi banyak pihak.
Sementara itu, Kepala Studio Perencanaan Wilayah dan Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITN Malang, Arief Setiyawan menambahkan, rencana revitalisasi alun-alun tentu menjadi kabar baik dan sudah dinantikan, melihat kondisi sekarang yang kurang terawat. Padahal Alun-alun Merdeka, bukan hanya berfungsi untuk RTH, tapi juga public space.
“Sebenarnya design alun-alun sekarang hasil dari sayembara direvitalisasi sebelumnya, yang dimenangkan oleh orang Bandung.”
“Dari desainnya memang bagus. Jadi air mancur di tengah itu berupa hologram. Tapi memang tidak semua konsep dipakai, karena butuh dana yang sangat besar,” tegasnya.
Arief juga menjelaskan, ketika revitalisasi dilakukan, pohon-pohon beringin diharapkan tidak dihilangkan karena menjadi ikon.
“Sangat bagus juga ketika memperhatikan perbaikan toilet dan penambahan ruang laktasi. Semoga saja pemerintah juga mempertimbangkan akses untuk disabilitas,” (Wulan Indriyani/Ra Indrata)