MALANG POST – Mengawali kegiatan tahun 2025, Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan Anugerah Kinerja Unggul (AKU) UM 2024 pada Selasa (14/1/2025) di Lecture Hall Gedung Kuliah Bersama Islamic Development Bank (GKB IsDB) A20 Lantai 9.
Acara yang berlangsung pukul 08.00 – 12.00 WIB ini dihadiri langsung oleh Rektor UM beserta jajarannya, Pimpinan lembaga, unit kerja, fakultas, hingga program studi.
Kegiatan ini mencakup dua agenda utama, yaitu penandatanganan kontrak kerja tahun 2025 antara Rektor UM dengan para pimpinan, yang dilanjutkan dengan penganugerahan AKU UM 2024.
AKU UM 2024, terdapat enam kategori Indikator Kinerja Utama (IKU) dan empat kategori Anugerah Kinerja Unggul (AKU).
Dari seluruh penganugerahan, terdapat dua juara umum, yaitu Juara Umum tingkat fakultas dan sekolah pascasarjana, yang diraih oleh Fakultas Sastra dan Juara Umum unit kerja non fakultas, yang diraih oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).
Kegiatan AKU UM telah terlaksana pada tahun sebelumnya, dan pada tahun ini AKU UM kembali diselenggarakan. Berbeda dengan AKU UM tahun lalu, tahun ini UM menambah kategori juara umum di dua bidang, salah satunya adalah Juara Umum unit kerja non fakultas, yang diraih oleh LPPM.
Capaian ini tidak lepas dari kinerja LPPM dalam mencapai target serta peran signifikan mereka dalam mendorong pencapaian strategis universitas.
Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si., atau akrab disapa Prof. Markus selaku Ketua LPPM, menyatakan bahwa kolaborasi internal antara LPPM, fakultas, dan berbagai pihak sangat penting untuk mencapai target, terutama terkait kontrak yang telah disepakati.
Puaskan usaha, bukan hasilnya, teruskan peningkatan dikemudian harinya. Kalimat tersebut mungkin tepat untuk menggambarkan semangat dari segenap tim LPPM terhadap prestasi yang baru saja diraih.
“Kita tidak hanya ingin mempertahankan, tetapi terus meningkatkan capaian lebih dari tahun lalu. Kontrak internal kita belum cukup untuk mengukur kinerja universitas secara nasional dan internasional. Kita harus fokus pada pencapaian eksternal,” ujar Prof. Markus.
LPPM terus berkomitmen untuk membawa UM ke kancah internasional dan melampaui target. Salah satu poin yang ditekankan oleh Prof. Markus adalah bagaimana UM menguatkan budaya riset sebagai bagian penting dari pendidikan.
Menurutnya, riset memiliki peran besar dalam meningkatkan reputasi UM di tingkat nasional dan internasional.
“Research adalah kunci utama untuk meningkatkan peringkat universitas di tingkat internasional,” ungkapnya.
LPPM selalu berupaya menghadirkan inovasi dan terobosan baru guna mencapai target bahkan melampauinya. Salah satu target utama adalah peningkatan penelitian yang didanai oleh pihak eksternal, khususnya penelitian bertaraf internasional.
Selain itu, budaya riset menjadi fokus utama dari LPPM. Menurut Prof. Markus, riset harus diterapkan dalam setiap aspek pendidikan di UM.
“Budaya riset harus menjadi bagian integral dari pendidikan, pengajaran, dan pengabdian,” tutur Prof. Markus.
Komitmen ini tercermin dalam penyusunan kurikulum program studi baru berbasis riset yang difasilitasi oleh LPPM. Selain itu, ekosistem pembelajaran di kelas juga dirancang berbasis riset, mendorong sivitas akademika UM, khususnya mahasiswa, untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka.
Salah satu bentuk dukungan LPPM adalah program bantuan inovasi mahasiswa, yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya riset melalui berbagai kegiatan pendukung lainnya.
Prof. Markus menegaskan bahwa riset memiliki peran yang sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh Artificial Intelligence (AI).
“Riset mengandung keterbaruan, sehingga AI maupun buku lainnya mungkin tidak mampu memecahkan masalah terkini. Namun, melalui riset, masalah-masalah baru dapat diselesaikan,” jelasnya.
Dengan demikian, pembelajaran di kelas dapat berlandaskan riset sebagai langkah awal untuk membiasakan budaya riset dalam pendidikan di UM.
Di UM implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) telah menjadi salah satu pilar utama dalam mengarahkan pengembangan pendidikan dan penelitian.
LPPM memainkan peran utama dalam memastikan bahwa SDGs tidak hanya menjadi konsep global, tetapi juga dimasukkan ke dalam praktik nyata yang mendukung misi UM guna mencapai peringkat yang lebih tinggi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dijelaskan bahwa LPPM telah memulai upaya untuk mengintegrasikan SDGs dalam setiap aspek pembelajaran dan penelitian UM, bahkan sebelum konsep ini mendapat perhatian luas di perguruan tinggi lainya.
Sejak tiga tahun lalu, LPPM telah mengedarkan kebijakan yang mengharuskan setiap Rencana Pembelajaran Semester (RPS) di UM untuk mencantumkan minimal satu SDG.
Hal ini menunjukkan komitmen universitas dalam menanamkan nilai-nilai SDGs kepada mahasiswa dan dosen, serta mengintegrasikan isu-isu global seperti kualitas pendidikan, kesetaraan gender, energi bersih, dan kemitraan global ke dalam kurikulum.
Salah satu inisiatif yang diusung adalah upaya untuk membangun kampus hijau (Green Campus), yang mencerminkan komitmen UM terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan pemenuhan SDGs terkait energi bersih.
Dengan semua upaya ini, LPPM tidak hanya berfokus pada pencapaian internal UM, tetapi juga berperan aktif dalam menghubungkan UM dengan tantangan dan peluang global, memastikan bahwa UM tidak hanya menjadi universitas yang berkompetisi di tingkat nasional, tetapi juga di kancah internasional.
“Kemajuan UM adalah hasil kerja keras bersama. Semua elemen harus berkontribusi, mulai dari mahasiswa hingga pimpinan,” pesan Prof. Markus kepada seluruh sivitas akademika UM. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)