MALANG POST – Ada perbedaan yang mencolok saat Arema FC bermain imbang 1-1 (1-0) lawan Persis Solo. Di pekan ke-14 Liga 1 musim 2024/2025, Kamis (12/12/2024) kemarin. Yakni terkait skema bermain yang dipakai pelatih Joel Corneli.
Jika biasanya, tim berjuluk Singo Edan ini bermain dengan pola 4-3-3, saat bermain di Stadion Gelora Soepriadi itu, pola yang dipakai justru 4-4-2. Skema permainan yang tampaknya disesuaikan dengan kondisi pemainnya.
Hanya saja, dengan skema baru tersebut, justru menjadikan permainan Arema FC berbeda dari sebelumnya. Hingga menjadikan pemain-pemain juga butuh waktu untuk menyesuaikan diri.
Terutama bagi pemain-pemain yang sementara ini akrab dengan bangku cadangan. Atau bahkan belum pernah main dan mengisi starting eleven.
Walhasil, permainan Arema FC jauh dari ekspektasi. Utamanya di lapangan tengah, terlihat jadi tumpul dan kalah dari tim tamu.
Fakta itu menjadikan skuadra Singo Edan yang biasa memainkan bola-bola pendek. Justru banyak bermain dengan longpass. Langsung menuju duet striker Charles Lokoli Ngoy dan Dalberto Luan Belo.
Joel Corneli seusai laga, mengaku formasi baru yang diterapkannya, tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Pemain-pemain Arema FC, belum bisa menyesuaikan dengan skema baru tersebut.
Hanya saja, perubahan skema bermain itu terpaksa dilakukan, karena sejumlah pemain yang biasanya menjadi cadangan, mulai diujicobakan turun sebagai starting eleven. Seperti Bayu Aji, Jayus Hariono, Samuel Balinsa dan Charles Lokolingoy, yang sebelumnya kerap tampil sebagai pemain pengganti, kini masuk starting line up.
“Kami terpaksa mengganti skema, berdasarkan komposisi pemain yang tersedia.”
“Kami mencoba memulai pertandingan dengan menggunakan beberapa skema alternatif. Tapi ternyata tidak sesuai yang diharapkan,” kata pelatih asal Brasil ini.
Karena faktor perubahan formasi itulah, yang dinilai menjadikan pemainnya tidak bisa bermain seperti biasanya. Johan Ahmat Alfarizie dan kawan-kawan, belum memahami dan terbiasa dengan skema baru yang diterapkan.
Dampak dari eksperimen itulah, diakuinya menjadi penyebab Arema FC gagal meraih poin penuh.
Kalau pun di babak pertama, tepatnya di menit ke-8 Arema FC sudah berhasil mencetak gol lewat sontekan Wiliam Marcilio, murni karena kemampuan individual dan kerjasama yang baik dengan Dalberto Luan Belo.
“Kami memulai pertandingan dengan mencoba menekan lawan, sejak awal pertandingan.”
“Karena ini adalah pertandingan kandang, jadi kami mencoba bermain dengan intensitas yang tinggi di babak pertama. Kemudian mencoba mencetak gol secepat-cepatnya, agar kami bisa lebih tenang dalam permainan,” tegas pelatih berlisensi Canmebol Pro ini.
Hanya saja, selain karena faktor perubahan skema, masalah klasik yang ada di Arema FC, tetap saja berulang. Yakni menurunnya stamina di menit-menit akhir, yang menjadikan fokus pemain menjadi turun.
Dampaknya, lagi-lagi petaka di menit terakhir kembali terjadi. Yakni kebobolan karena kesalahan pemain. Menit ke-76, Pablo Oliveira mencetak gol bunuh diri. Gara-gara Choi Bo-kyung yang mencoba menghalau bola liar di depan gawang, justru mengenai Pablo dan memantul masuk ke dalam gawang.
“Babak kedua, kami kahilangan momentum untuk memenangkan pertandingan. Tidak bisa menambah gol, kami justru dikejutkan dengan gol bunuh diri. Itu membuat situasi di lapangan menjadi sulit,” akunya. (*/Ra Indrata)