MALANG POST – Kanker leher rahim atau kangker serviks merupakan kanker tebanyak yang ditemukan oleh Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO 490.000 perempuan di dunia setiap bulannya didiagnosa kena kanker serviks dan 80 persen berada di negara berkembang termasuk Indonesia.
Dimana, setiap satu menit muncul kasus baru dan setiap dua menit meninggal satu orang perempuan karena kanker itu. Di Indonesia, diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru dengan 20-25 orang meninggal. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya.
Melihat data tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu hingga bulan November kemarin, telah menerima laporan jumlah penderita kanker serviks di Kota Batu sebanyak 10 orang. Kemudian penderita kanker payudara sebanyak 59 orang.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu dr Susana Indahwati menyatakan, tingginya jumlah penderita kanker serviks dimungkinkan ada kaitannya dengan, sekitar sepertiga kasus kanker baru datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium lanjut.
“Kalau baru datang di stadium lanjut, maka kanker sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh. Sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi,” tutur dr Susan, Kamis (12/12/2024).
Disisi lain, kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk faktor-faktor risiko dan upaya pencegahan yang masih kurang. Padahal 90-95 persen faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan.
“Kanker serviks menjadi masalah besar dalam pelayanan kesehatan, karena kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut. Hal ini diperkirakan akibat program skrining yang masing kurang,” tuturnya.
Dia menambahkan, seorang perempuan yang berisiko terkena kanker serviks berada di usia diatas 30 tahun, dengan puncak usia tersering adalah 45-54 tahun dengan riwayat multipara.
Sebagai informasi, kanker ini biasanya baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut. Oleh karenanya, penting bagi para perempuan untuk melakukan deteksi kanker serviks sejak dini.
“Kanker servix dapat dicegah. Salah satunya dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan dengan cara yang sangat sederhana. Apabila ada lesi pra-kanker langsung bisa ditangani sehingga sel tidak tumbuh menjadi kanker,” tutur Susan.
IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker dengan sensitifitas sekitar 66-69 persen dan spesifitas sekitar 64-98 persen.
Sedangkan nilai prediksi positif dan nilai prediksi negative masing-masing antara 10-20 persen dan 92-97 persen. Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining yang murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat serta dapat dilaksanakan oleh selain dokter ginekologi.
“Tujuan pemeriksaan IVA adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini, terhadap kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan di puskesmas oleh dokter dan bidan terlatih dengan melibatkan kader-kader di desa/kelurahan,” papar Susan.
Lebih lanjut, untuk menekan angka kasus kangker serviks di Kota Batu. Dinkes Kota Batu akan menggelar pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara.
“Pemeriksaan ini gratis dengan total kuota sebanyak 250 peserta. Proses pemeriksaan akan kami laksanakan pada Sabtu, 14 Desember nanti di Puskesmas Beji, Kecamatan Junrejo. Masyarakat tak perlu takut, mari deteksi dini kanker serviks,” tutup Susan. (Ananto Wibowo)