MALANG POST – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi hingga 1-8 Desember 2024, beberapa wilayah di Jawa Timur berpotensi mengalami cuaca ekstrem.
Cuaca ekstrem tersebut dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, hujan lebat, angin kencang, puting beliung, hingga bencana alam hujan es.
Kepala BMKG Juanda Taufiq Hermawan dalam rilis tertulisnya mengatakan, beberapa wilayah di Jawa Timur telah memasuki musim hujan. Ini karena adanya peningkatan pertumbuhan awan-awan penghujan akibat pertemuan massa udara.
“Kondisi ini didukung dengan mulai aktifnya Monsun Asia yang menambah suplai uap air, serta suhu muka laut di perairan sekitar Jawa Timur yang hangat, sehingga terjadi peningkatan suplai uap air ke atmosfer untuk pertumbuhan awan,” ujar Taufiq.
Maka dari itu, BMKG Juanda mengimbau masyarakat agar senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang selama musim hujan.
Terutama bagi masyarakat di wilayah dengan topografi curam atau pegunungan atau tebing. Diharapkan lebih waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan akibat cuaca ekstrem.
Ilustrasi pohon tumbang akibat terjadinya hujan lebat disertai angin di wilayah mbatu beberapa saat lalu. (Foto: Istimewa)
“Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang serta berkurangnya arak pandang. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk selalu memantau kondisi cuaca terkini,” tukas Taufiq.
Sementara melansir rilis yang diberikan oleh BMKG juanda wilayah yang berpotensi cuaca ekstrem yaitu.
Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, serta Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto.
Lalu Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Probolinggo dan Kota Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tulungagung, Kota Batu, dan Kabupaten Ponorogo.
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lamongan, Kota Madiun dan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep.
Kemudian Kabupaten Tuban, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Gresik, Kota Blitar, Kota Surabaya, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Trenggalek.
WASPADA PENYAKIT
Saat musim hujan tiba, tak jarang orang-orang jatuh sakit entah itu flu atau demam. Vella Rohmayani, dosen Teknologi Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya mengungkap penyebabnya.
Menurutnya, kondisi cuaca saat musim hujan sangat mendukung percepatan pertumbuhan agen penyakit. Biasanya, musim hujan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri virus maupun parasite.
“Kondisi hujan membuat kelembapan udara tinggi, sehingga lingkungan menjadi ideal untuk mikroorganisme. Mengingat bakteri, virus dan parasit dapat bertahan hidup lebih lama dan dapat berkembang biak dengan baik saat kelembaban udara tinggi,” ujar Vella dalam laman UM Surabaya.
GENANGAN AIR SUMBER PENYAKIT
Vella menjelaskan jika musim hujan seringkali menciptakan banyak genangan air baru dan tempat penampungan air lainnya.
Area itu menjadi tempat perindukan bagi nyamuk yang berperan sebagai penular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya, kaki gajah serta penyakit lainnya.
Tak hanya itu, hujan deras juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas air minum karena pencemaran dan kontaminasi air. Bercampurnya air dengan mikroorganisme, bisa mengakibatkan berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pencernaan.
MINIM SINAR MATAHARI
Minimnya sinar Matahari juga termasuk dalam sumber penyakit. Langit mendung membuat sumber vitamin D alami dari sinar Matahari tidak bisa didapatkan secara maksimal.
Kurangnya vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh membuat sistem kekebalan tubuh menurun. Tubuh jadi lebih rentan terinfeksi bakteri, virus maupun parasite.
Oleh karena itu, dosen Sarjana Terapan itu mengingatkan agar masyarakat menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan dan vitamin.
“Sehingga daya tahan tubuh tetap stabil dan dapat meminimalisir risiko terjadinya infeksi mikroorganisme saat musim hujan,” pungkasnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)