MALANG POST – Kawasan pegunungan Arjuno-Anjasmoro di Jawa Timur, rentan mengalami bencana tanah longsor akibat penurunan tanah yang signifikan.
Fenomena ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi selama beberapa minggu terakhir, memicu pergeseran tanah yang tidak stabil di daerah tersebut.
Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Malang, tanah longsor terjadi di beberapa titik di lereng gunung, yang mengakibatkan tertutupnya akses jalan dan kerusakan lahan pertanian milik warga setempat. Beberapa desa di sekitar kawasan, seperti Desa Sumberbrantas dan Desa Sumbergondo, terkena dampak paling parah, dengan puluhan keluarga dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Peneliti geologi dari Universitas Brawijaya (UB), Dr. Adi Santoso, mengungkapkan, kondisi tanah di kawasan ini memang rentan terhadap longsor, terutama saat intensitas hujan melebihi kapasitas penyerapan tanah. Penurunan tanah disebabkan oleh erosi tanah yang berkepanjangan, diperburuk oleh deforestasi dan minimnya vegetasi penahan air.
Struktur tanah yang ada di gunung Kawasan pegunungan Arjuno-Anjasmoro yang rentan mengalami bencana tanah longsor akibat penurunan tanah yang signifikan. (Foto: Istimewa)
Bambang Semedi, Ph.D. juga mengungkapkan dalam penelitiannya, terkait pemetaan potensi daerah rawan longsor menggunakan citra SAR Sentinel-1 dengan metode Time Series Interferometric Synthetic Aperture Radar (TS In-SAR). Bahwa kawasan Gunung Arjuno – Anjasmoro terindikasi penurunan tanah yang cukup tinggi dengan kecepatan penurunan tanah tertinggi mencapai 80 mm/tahun.
Penurunan tanah di kawasan ini tersebar mulai dari Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Dominasi penurunan tanah banyak terjadi di Kota Batu, sehingga wilayah ini rentan terhadap bencana longsor.
Hingga saat ini, tim SAR bersama relawan dan aparat pemerintah masih berupaya melakukan solusi terbaik untuk menjaga ekosistem yang ada. Warga diminta untuk tetap waspada terhadap kemungkinan longsor, mengingat musim penghujan yang diprediksi masih berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati zona rawan longsor serta terus memantau informasi terkini dari pihak berwenang.
Dengan kejadian bencana ini, pentingnya upaya reboisasi dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan kembali menjadi sorotan. Para pakar menyarankan agar langkah-langkah mitigasi bencana diperkuat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, utamanya terkait monitoring. ( M Abd Rachman Rozzi)