MALANG POST – Berada di wilayah pegunungan, tak menghindarkan Kota Batu dari bencana alam banjir. Sejumlah titik Kota Batu seringkali menjadi langganan banjir usai hujan lebat melanda. Paling sering terjadi di Kali Paron, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Meski banjir di Kota Batu dapat surut dengan waktu yang terbilang cukup cepat. Hal tersebut tetap menimbulkan keresahan masyarakat saat musim hujan tiba.
Menyusul bencana kerap menyusahkan masyarakat, hingga tak sedikit dari mereka yang harus mengungsi atau dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Adanya fenomena alam tahunan itu, turut menjadi perhatian pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Firhando Gumelar – H Rudi. Untuk mengatasi persoalan itu, apabila terpilih kelak pihaknya telah menyiapkan program Batu Smart Infrastruktur.
“Sedari awal kami telah memetakan sejumlah masalah di Kota Batu dan memasukkan sejumlah program yang linier dengan upaya mengatasi banjir, yakni Batu Smart Infrastruktur,” ujar Mas Gum, Senin (30/9/2024).
Mengenai langkah-langkah apa yang disiapkan, dia memaparkan akan menyiapkan sejumlah tahapan pembangunan infrastruktur yang tak hanya akan memitigasi dan mengurangi risiko banjir di Kota Batu, tapi juga sejumlah persoalan Kota Batu lainnya yang belum terpecahkan hingga kini.
BANJIR BANDANG: Peristiwa banjir bandang yang melanda Kota Batu beberapa tahun silam. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Melalui program ini, dia berharap masalah banjir tahunan di sejumlah titik kota ini bisa berkurang, atau bahkan teratasi.
“Soal langkah-langkahnya sudah kami susun sangat detail. Percayalah, Insya Allah usaha tulus kami dalam mengikhtiarkan masyarakat Kota Batu menjadi lebih sejahtera akan kita raih bersama-sama,” katanya.
Lebih lanjut, dia juga menyampaikan, bahwa untuk menjalankan program dan mewujudkan cita-cita ini, butuh kerja sama serta sinergitas dengan pihak-pihak terkait, terutama warga Kota Batu.
Selain pembangunan infrastruktur, menurutnya untuk mengatasi persoalan banjir juga perlu mengembalikan fungsi lahan resapan, yang dalam beberapa tahun terakhir telah beralih fungsi.
Pengalihan fungsi lahan resapan menjadi salah satu penyebab anomali cuaca yang signifikan. Fenomena ini sebagai turunnan dampak dari perubahan iklim tersebut.
“Karena itu, kami siapkan program penanaman kembali sejumlah pohon yang memiliki efektivitas dalam meresap air seperti pule, elos, bulu dan tujuh jenis pohon lainnya di beberapa titik yang seharusnya menjadi area resapan,” katanya.
Selain upaya tersebut, pengolahan sampah merupakan mitigasi lain yang perlu disiapkan untuk mengatasi masalah banjir di Kota Batu. Penyumbatan di sejumlah DAS dan simpul-simpul pertemuan aliran sungai akibat penumpukan sampah adalah faktor lain yang menyebabkan air sungai meluap ke jalanan dan permukiman warga.
“Linier dengan program pengolahan sampah yang kami canangkan, Insya Allah banjir di Kota Batu bisa kita atasi bersama. Selain mengatasi banjir, pengolahan sampah yang baik juga akan dirasakan manfaatnya oleh warga. Karena sampah yang mereka kelola nantinya bisa memiliki nilai ekonomis. Kami akan memberikan pelatihan-pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan,” tutupnya. (Ananto Wibowo)