MALANG POST – Mahasiswa Malang menepati janjinya kembali demo di depan gedung DPRD Kota Malang. Kali ini dengan jumlah massa jauh lebih besar dibanding sehari sebelumnya. Kali ini dengan ribuan massa.
Mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi di Malang. Terbanyak dari Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Isu yang diusung sama dengan demo sehari sebelumnya. Yaitu, mengecam demokrasi dinasti, mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Pilkada. Mereka juga mengecam DPR yang ingin mengesahkan RUU Pilkada yang mengabaikan putusan MK.
Hujatan dan ungkapan-ungkapan kotor dari massa aksi ditujukan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka menuding Jokowi memaksakan demokrasi dinasti.
Massa aksi tiba di gedung DPRD Kota Malang Jl Tugu pukul 15.00 WIB. Spanduk, poster-poster yang berisikan menghujat demokrasi dinasti mereka bentangkan. Para orator berapi-api menyerukan lawan demokrasi dinasti dan kawal putusan MK.
Massa aksi juga mendesak agar anggota DPRD Kota Malang menemui mereka. Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, menemuinya. Made didampingi 4 anggota dewan lainnya. Yaitu, Arief Wahyudi (PKB), Rimzah (Gerindra), Asmunalik (PKS) dan Eko Herdianto (PDIP).
Begitu anggota dewan menemuinya, massa aksi langsung nenyerahkan keranda dan pocong. Kemudian juga dihadirkan 5 keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Di hadapan ketua dan anggota dewan, para keluarga korban memohon bantuan untuk usut tuntas.
Keranda yang diserahkan ke dewan bertuliskan RIP DPR. Seperti diketahui Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 merenggut 135 korban tewas dan ratusan lainnya luka berat maupun ringan.
Meski ketua dan anggota dewan telah menemui di lapangan, massa aksi minta ditemui di gedung dewan. Saat itu Made pilih diam terus, dan kemudian kembali ke gedung dewan untuk menemui keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Sedang para mahasiswa tertahan di luar gedung dewan.
Pukul 15.45, situasi makin memanas. Massa aksi mulai melempar-lemparkan botol air mineral. Mereka mulai merangsek ke pintu gerbang dewan. Pukul 15.56 mereka juga mampu menjebol pintu gerbang dewan.
Begitu gerbang roboh, mereka bakar ban dan merangsek masuk ke halaman dewan. Tetapi mereka berhasil dihalau mobil rantis polisi. Lemparan botol mineral, ember dan batu serta flare ke arah gedung dewan makin tak terkendali.
Pasukan anti huru-hara dari Brimob akhirnya diturunkan untuk kendalikan massa. Hingga berita ini diturunkan, demo masih berlangsung.
Seusai Maghrib massa aksi buyar dengan tertib setelah mereka diterima secara bergantian masing-masing fraksi dewan. (Eka Nurcahyo)