MALANG POST – Kepala BMKG Stasiun Geofisika Karangkates Malang, Ma’muri menjelaskan, sampai Agustus 2024 ini, Jawa Timur sudah diguncang gempa sebanyak 5.421 kali.
“Dari total kejadian gempa itu, tidak semua dirasakan masyarakat. Total hanya ada 58 kejadian gempa yang dirasakan. Dominasi gempa terjadi di wilayah Bawean,” katanya saat menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk. Yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Selasa (20/8/2024).
Ma’muri menambahkan, untuk wilayah Malang Raya, selama 2024 ini, hanya ada tiga kali gempa yang bisa dirasakan masyarakat.
Sedangkan terkait gempa megathrust, setelah adanya informasi potensi gempa tersebut, BPBD Kabupaten Malang, langsung mengupayakan beberapa hal.
“Seperti dengan melakukan sosialisasi, khususnya pada warga yang ada di wilayah pesisir.”
“Di Kabupaten Malang, saat ini ada empat early warning system (EWS). Titiknya ada di Pantai Balekambang, Ngliyep, Tamban dan Pantai Panjang,” jelas Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Kabupaten Malang, Yulius Dharmawan menjelaskan.
Bahkan untuk EWS yang ada di Balekambang dan Ngliyep, sudah terkoneksi pada sebuah aplikasi. Sehingga bisa di cek kapanpun kondisinya.
Yulius menambahkan, dari total 378 desa di Kabupaten Malang, sudah dibentuk Forum Pengurangan Resiko Bencana Tingkat Desa. Totalnya mencapai 106 forum.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Kebumian dan Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya, Prof Adi Susilo menjelaskan, gempa bumi terbagi menjadi tiga jenis. Yaitu dangkal, menengah dan dalam. Untuk megathrust sendiri, masuk sebagai gempa dangkal.
“Jika gempa bumi dangkal di patahan turun, maka bisa berpotensi tsunami. Apalagi di wilayah Malang ini, memang masuk sebagai daerah rawan gempa,” katanya.
Prof Adi menambahkan, setelah adanya potensi gempa megathrust, masyarakat diimbau untuk tidak terlalu cemas. Apalagi sampai bisa melumpuhkan perekonomian. Meski alangkah lebih baik waspada dan mitigasi secukupnya. (Wulan Indriyani-Ra Indrata)