MALANG POST – Senin (12/8/2024) sore kemarin. Adalah kali pertama dalam sejarah. Stadion Gelora Soepriadi di Kota Blitar, menjadi venue resmi kompetisi tertinggi di tanah air. Liga 1 musim 2024/2025.
Sebelumnya, stadion yang terakhir direnovasi pada 2007 itu, sebatas menggelar laga-laga di level Liga 2. Terbanyak adalah laga untuk Liga 3.
Pernah ada kontestan Liga 1, berlaga di stadion berkapasitas 15 ribu penonton. Tapi sekadar di even turnamen. Itu pun partai ‘usiran’. Yakni di Piala Gubernur Jatim. Kala itu yang bertanding Persebaya vs Arema FC.
Hingga di Liga 1 musim 2024/2025 ini, stadion yang namanya diambil dari nama pahlawan nasional Soepriadi, ‘dipaksa’ menjadi markas tim Liga 1.
Arema FC yang masih belum punya kandang. Tidak mau kembali ke Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar, Bali. Alasannya terlalu jauh dari jangkauan Aremania.
Sembari menunggu selesainya Stadion Kanjuruhan, homebase Arema FC sejak 2004 lalu, dipilihlah Stadion Soepriadi.
Ternyata persoalan baru muncul. Setelah Arema FC dan Dewa United, merasakan bermain di lapangan yang ada di Stadion Soepriadi. Di laga pertama mereka di musim ini.
Pelatih Arema FC, Joel Cornelli dan koleganya pelatih Dewa United, Jan Olde Riekerink, punya pendapat yang sama. Kualitas lapangan kurang memadai.
Imbasnya, permainan kedua tim tidak berjalan sesuai skenario. Karena penerapan taktik dan strategi, tidak didukung oleh kondisi lapangan yang ideal.
“Lapangan tidak menguntungkan bagi kami. Lapangan yang tidak baik, membuat pemain tidak bisa menjalankan strategi yang sudah direncanakan,” katanya dalam post match press conference, Senin (12/8/2024) kemarin.
Terlebih-lebih, kata pelatih asal Belanda ini, pola permainan Dewa United mengandalkan transisi cepat. Dari bertahan ke menyerang dan sebaliknya. Serta kolektivitas permainan.
“Bisa dibayangkan kalau Arema FC pegang bola. Saya sebagai pemain bola, pindah ke sana lalu bola kembali lagi,” kata Jan.
Sementara untuk menang, Jan Olde menyebut timnya, tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan individu pemain. Tetapi juga sistem tim.
Jan Olde juga menyebut, jadwal pertandingan pramusim yang dilakoni Arema FC, berpengaruh pada penampilan tim asuhannya. Para pemain Arema FC, disebutnya tampil lebih kompetitif.
Sementara Dewa United, baru main di tiga pertandingan persahabatan, dua minggu lalu. Arema FC, bermain lima pertandingan ketat. Mereka dianggap sudah ada lebih siap di kompetisi.
Hal yang sama dirasakan pemain Dewa United, Alexis Messidoro. Katanya, laga tandang selalu sulit dijalani. Apalagi ditambah dengan kondisi lapangan yang kurang baik.
Mantan pemain Persis Solo ini berharap, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru, sebagai operator kompetisi, lebih memperhatikan kualitas stadion agar Liga 1 semakin maju.
“Ini harus lebih lagi diperhatikan. Bukan cuma buat kami. Tapi liga dan ini harus dikoreksi,” kata pemain asal Argentina ini.
Tuan rumah pun, juga menyoroti kondisi lapangan. Joel Cornelli juga memperhatikan, permainan kedua tim cukup kesulitan dengan lapangan yang kurang bagus.
“Pemain sudah latihan dan main. Di lapangan dua tim juga sulit.”
“Jika kondisi lapangan bagus, permainan tim akan ikut bagus. Namun, saat ini kondisinya berbalik dan membuat kami tak tampil maksimal,” kata Joel Cornelli.
Disisi lain, ia mengaku bahwa Arema FC dan Dewa United melakukan permainan cepat untuk mencari gol lebih awal. Hal ini yang membuat kedua tim akhirnya saling gempur dengan hasil yang sama 0-0.
“Kedua, ini bukan rezeki pemain yang sudah bagus. Dan sudah sesuai dengan apa yang kita mau sebenarnya,” ungkapnya. (*/Ra Indrata)